Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH, MH, M.Kn *)
Persoalan bangsa yang tak kunjung usai, semakin hari semakin banyak yang terbengkalai. Indonesia sebagai bangsa besar tetapi penuh permasalahan yang pelik dan carut marut. Persoalan hukum pun dijadikan alat untuk memukul guna melanggengkan kekuasaan. Politk pengkhianatan dan tak tahu balas budi pun dijalankan.
Saya pun merenung, ada apa dengan bangsa ini? Kedzoliman bertebaran di mana-mana.
Dalam perenungan saya, saya teringat akan cerita Pemerintahan Konoha, tentang pengkhianatan, politik dinasti, dan cara-cara licik untuk saling sandera hanya demi ambisi kekuasaan.
Dalam cerita tersebut terjadi konflik klan Senju dan Uchiha. Klan Uchiha yang merasa disisihkan akibat rasisme dari Senju pada akhirnya gagal menggulingkan pemerintahan Konoha dan mengakibatkan terbantainya klan mereka.
Pihak Senju yang menang kemudian menduduki berbagai posisi penting di pengelolaan pemerintahan. Tapi, kalau dilihat lagi, sebetulnya tampuk kekuasan di Konoha dari hokage pertama sampai ketujuh selalu memiliki hubungan dekat baik itu hubungan darah ataupun hubungan relasi antara guru dan murid.
Inilah yang disebut sebagai politik dinasti dan kekuatan orang dalam. Dengan kata lain, ada unsur nepotisme dalam politik di dunia Naruto.
Mari kita mulai dari Hashirama. Setelah Hashirama tewas, ia mewarisi jabatan Hokage pada adik kandungnya, Tobirama. Era pemerintahan Tobirama inilah yang selalu dianggap jadi salah satu pemicu terjadinya konflik. Tobirama yang berwatak keras dan pemarah, mengeluarkan kebijakan yang cenderung rasis pada klan Uchiha.
Setelah Tobirima gugur di medan perang, jabatan hokage tidak diserahkan pada ninja lain di luar muridnya melainkan diserahkan langsung pada Hiruzen Sarutobi. Ini yang membuat Danzo merasa iri kenapa bukan dirinya yang diangkat menjadi hokage. Meski kita tahu alasannya adalah karena Danzo orang fasis, sedangkan Hiruzen dianggap lebih bijaksana.
Di masa tua, Hiruzen menyerahkan jabatannya pada murid dari muridnya, Minato Namikaze yang tak lain adalah ayah kandung Naruto Uzumaki. Seakan tidak ada kandidat lain yang lebih hebat, saingan Minato saat itu justru adalah murid Hiruzen sendiri, Orochimaru.
Hiruzen dan para petinggi Konoha lebih memilih Minato. Jelas sekali karena akan sangat bahaya jika Orochimaru yang dipilih.
Minato beserta istrinya, Kushina, tewas dalam malam serangan Kyuubi di Konoha. Jabatan hokage tidak diberikan pada shinobi yang lebih muda tapi diambil lagi oleh Hiruzen sebelum akhirnya tewas saat invasi Konoha oleh Otogakure. Hiruzen terbunuh secara tidak langsung oleh Orochimaru.
Lagi-lagi jabatan Hokage tidak diberikan kepada shinobi dari klan lain. Para petinggi Konoha awalnya menginginkan Jiraiya untuk menggantikan posisi mantan gurunya, namun Jiraiya menolak dan diserahkan pada Tsunade yang juga merupakan murid Hiruzen.
Singkat cerita, setelah cerita Naruto selesai, Tsunade pensiun. Yang menggantikannya adalah Kakashi Hatake yang merupakan murid dari hokage keempat.
Nah setelah itu barulah Naruto yang menjadi Hokage ketujuh di mana Naruto Uzumaki adalah anak dari hokage keempat dan murid dari hokage keenam.
Dari penjelasan di atas, tidak ada satu pun Hokage Konoha yang tidak punya link secara langsung dengan Hokage pendahulunya. Ini yang disebut politik dinasti. Secara kasar bisa disebut Hokage pertama sampai ketujuh berasal dari partai yang sama. Para Shinobi lainnya di yang luar circle tersebut seolah tak punya kesempatan untuk menjadi hokage.
Untuk kandidat Hokage kedelapan, nama Shikamaru Nara menjadi yang paling mencuat. Jika benar dia menjadi Hokage yang menggantikan Naruto, maka Shikamaru menjadi Shinobi pertama yang memutuskan rantai politik dinasti dalam dunia Naruto. Itu pun kalau tidak dikalahkan oleh kandidat lain. Bisa saja Kakashi naik jabatan kembali.
Namun, politik dinasti dalam dunia Naruto bukanlah sesuatu yang negatif di dunia mereka. Jelas, Konoha dan negara api bukanlah negara demokrasi yang semuanya ada di tangan rakyat. Lagi pula semua yang pernah menjadi hokage memang punya kapabilitas yang layak. Bukan semata-mata karena nepotisme.
Nah, sementara itu di dunia nyata, politik dinasti baru bisa dikatakan memiliki makna negatif. Akan menjadi bahaya jika seseorang dipilih memikul jabatan bukan karena kemampuannya, melainkan karena mengandalkan nama besar orang tuanya. Dunia nyata jelas bukan dunia Naruto di mana yang terpilih mengemban jabatan pemimpin selalu orang baik yang rela berbakti pada rakyatnya.
*) Praktisi Hukum