BUDAYA  

Tradisi Berbuka Puasa di Masjid Agung Yogyakarta

Foto ilusrasi istimewa

NUSANTARANEWS.co, Yogyakarta – Tradisi berbuka puasa di Masjid Agung Yogyakarta, yang lebih dikenal sebagai Masjid Gedhe Kauman, memiliki ciri khas yang kental dengan nilai budaya Jawa dan kebersamaan. Masjid ini, yang terletak di barat Alun-alun Utara, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, menjadi salah satu pusat kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan, termasuk tradisi berbuka puasa bersama.

Salah satu tradisi yang menonjol adalah penyajian menu spesial berupa gulai kambing. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan diperkuat pada awal abad ke-20, bersamaan dengan kehadiran Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.

Awalnya, gulai kambing disediakan sebagai sedekah dari raja kepada kaum duafa untuk menyemarakkan Ramadan dan menggembirakan orang yang berpuasa. Hingga kini, tradisi ini tetap dilestarikan, dengan gulai kambing biasanya dihidangkan pada hari-hari tertentu, seperti hari pertama Ramadan, setiap hari Kamis, dan hari terakhir puasa, meskipun terkadang juga tersedia di hari lain tergantung pada sumbangan jamaah.

Setiap hari selama Ramadan, Masjid Gedhe Kauman menyediakan sekitar 1.300 hingga 1.600 porsi takjil gratis untuk berbuka puasa bersama. Jumlah ini bisa bertambah, terutama saat menu gulai kambing disajikan, karena minat jamaah meningkat. Hidangan yang disediakan beragam, mencakup masakan tradisional, dan bersumber dari sumbangan masyarakat sekitar.

Acara berbuka puasa ini terbuka untuk semua kalangan, termasuk non-Muslim, yang turut menikmati hidangan bersama, mencerminkan semangat inklusivitas dan kebersamaan.

Selain penyediaan makanan, tradisi berbuka puasa di masjid ini juga diisi dengan kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin, shalat Tarawih, dan peringatan hari besar Islam. Sebelum pandemi, takjil sering dibagikan dalam bentuk bungkusan atau diantarkan ke rumah-rumah. Namun, kini kegiatan lebih banyak dipusatkan di masjid, memungkinkan jamaah berkumpul dan berbuka bersama di lokasi, terutama setelah situasi pandemi mereda.

Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga simbol harmoni antara budaya Jawa dan nilai-nilai Islam, sekaligus mempererat tali silaturahmi antarwarga Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman, dengan arsitektur khas Jawa dan sejarah panjangnya, terus menjaga warisan ini sebagai bagian dari identitas kota.

[dul dari berbagai sumber]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *