Luhut Tuding Film Dirty Vote Besutan Dandhy Dwi Laksono Sarat Kebohongan

Luhut Binsar Panjaitan (ft. istimewa)

NUSANTARANEWS.co, Jakarta – Film dokumenter “Dirty Vote” garapan sutradara Dandhy Dwi Laksono viral. Kabarnya, film yang mengungkap dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024 ini, sudah ditonton jutaan orang.

Dibalik kesuksesan film tersebut, menuai reaksi keras Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut menganggap film dokumenter Dirty Vote banyak berisi kebohongan.

Film itu menyebut nama Luhut, bahwa dirinya hanya memberikan jawab atas dukungannya terhadap Paslon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Luhut berujar ia hanya menginginkan keberlanjutan pembangunan di Indonesia.

“Saya kan ditanya ya, saya jawab dengan pikiran saya. Karena saya ingin keberlanjutan. Karena saya tahu persis kalau tidak keberlanjutan, maka ekonomi kita akan seperti yoyo (naik-turun)” ujar Luhut usai mencoblos di TPS 14, Banjar Pengayehan, Desa Cemagi, Kabupaten Badung, Bali pada Rabu (14/2/2024), dikutip Antara.

Luhut menyayangkan keberadaan pihak-pihak yang berusaha menebar kebohongan lewat film tersebut. Ia juga mempertanyakan siapa pihak yang berusaha berbuat curang dalam pemilu 2024. Menurutnya, di era saat ini semua pihak dapat mengawasi jalannya pemilu secara transparan.

Dirty Vote disutradarai oleh aktivis sosial dan lingkungan, Dandhy Dwi Laksono. Film ini membahas kecurangan pemilihan umum (Pemilu) 2024 yang dirilis pada Minggu (11/2/2024), kurang sepekan dari hari H pemungutan suara pada 14 Februari.

Dirty Vote berisi tiga pandangan ahli Hukum Tata Negara antara lain, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar yang perdana ditayangkan kanal YouTube Dirty Vote.

Dandhy menyampaikan film itu bentuk edukasi untuk masyarakat yang pada 14 Februari 2024 akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024.

“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tetapi hari ini saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” kata Dandhy, seperti dikutip lewat Antara.

Dia menjelaskan film itu digarap dalam waktu sekitar 2 pekan, yang mencakup proses riset, produksi, penyuntingan, sampai rilis. Pembuatannya, kata dia, melibatkan 20 lembaga, antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Perludem, Indonesia Corruption Watch, JATAM, Lokataru, LBH Pers, WALHI, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.

Dirty Vote berhasil menarik atensi publik dan segera tranding di platform media sosial X. Dalam waktu kurang lebih 5 jam setelah siaran perdana film tersebut di platform YouTube Dirty Vote telah ditonton sebanyak 355.831 kali, serta mendapat atensi suka sebanyak 51.294 pengguna.

[nur/red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *