Menakar Kemandirian Bangsa Lewat Corona

foto ilustrasi

Oleh :  Yopi, Ketua Kerukunan Masyarakat Kecamatan Bahodopi

Indonesia menjadi negara yang ke-22 terjangkit Covid-19 ini usai dua orang warga negara Indonesia diumumkan positif pada Senin, (2/3). Jumlah korban ini diperkirakan akan terus bertambah.

Pasca merebaknya wabah Covid-19, hampir semua negara memasang status darurat. Demi menekan penyebaran Virus Covid-19, beberapa negara menerapkan travel warning, Arab Saudi bahkan menghentikan sementara aktivitas ibadah umroh di Mekkah, Thailand melarang kapal Pesiar berlabuh di negaranya, bahkan sejumlah negara menghentikan aktivitas ekspor dan impor.

Posisi China yang saat ini memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian global diperkirakan akan menyebabkan perlambatan ekonomi yang signifikan.

Berbeda dengan kondisi China saat dilanda wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2002 sampai 2003 lalu. Saat itu wabah tersebut tidak memberikan dampak yang besar bagi dunia, karena perekonomian China hanya empat persen dunia, sedangkan saat ini mencapai 17 hingga 18 persen.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat merasakan dampak dari adanya Virus Covid-19 ini. Beberapa waktu lalu dalam acara ILC (Indonesia Lawyers Club) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa, tingginya harga bawang putih di Pasaran disebabkan oleh karena tidak adanya bawang putih impor dari China.

Dalam dunia Industri Otomotif, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan dampak panjang dari virus tersebut menjadi tantangan bagi industri otomotif nasional yang menargetkan pertumbuhan lima persen pada 2020. “Indonesia banyak mengekspor komoditas ke China. Jika China sedikit saja slow down, otomatis ekonomi Indonesia akan terganggu,” ujarn Nangoi di Jakarta dikutip dari Bisnis Indonesia, Selasa (4/2).

Dan dampak berikutnya yang sangat berbahaya dan akan mengganggu kestabilan ekonomi negara adalah adanya perilaku panic buying atau belanja ramai-ramai ke swalayan/supermarket untuk berbelanja bahan pokok, berburu masker dan antiseptik. Alhasil terjadi kelangkaan. Jika sudah terjadi kelangkaan, maka hukum ekonomi berlaku; efek kenaikan harga dapat menimbulkan masalah baru yaitu inflasi.

Virus Covid-19 ini seharusnya menjadi pengingat sekaligus evaluasi untuk kita. Bahwa ketergantungan pada bangsa lain masih menjadi problem dari negara yang sudah mengaku merdeka selama 74 tahun ini. BPS mencatat sejumlah barang yang masih diimpor Indonesia, di antaranya mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, besi dan baja hingga plastik dan barang dari plastik. Artinya sampai sekarang kita belum mempunya sumber daya manusia yang mumpuni dan bisa diandalkan untuk menciptakan sendiri teknologi yang mamiliki daya saing. Jika pun ada SDM yang memadai, mereka belum mendapatkan perhatian khusus dari negara, karena itu mereka masih tersebar di berbagai diaspora di dunia.

Tak hanya itu, dari sektor pangan, Indonesia pun masih bergantung dengan negara lain. Dalam kurun Januari hingga Juni 2013, pemerintah masih mengimpor sekitar 100.798 ribu kg ubi kayu, beras 239.31 juta kg, garam 923.57 Juta kg, daging ayam 826.33 juta kg. Sementara komoditas pangan yang paling banyak di impor adalah gula tebu dan jagung dengan volume impor masing-masing sebesar 1,85 miliar dan 1,29 miliar kg. Kondisi ini tentu sangat miris, hidup di atas bekas tanah jajahan kolonialisme karena kekayaan rempah-rempah, negara malah belum mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Para Petani pun tak jarang yang harus kehilangan lahan demi industri asing, belum lagi berbicara tentang kesejahteraan petani di Indonesia.

Virus Covid-19 harusnya menjadikan kita lebih aware, lebih cinta kepada bangsa dengan para followersnya yang suka tiktokan ini. Pemerintah harusnya lebih banyak mendorong produktivitas petani dan nelayan, mendukung peningkatan SDM melalui fasilitas pendidikan yang memadai.

Kita tidak perlu menunggu bentuk Covid-Covid yang baru lagi untuk sekedar menyadarkan kita, bahwa sesungguhnya bangsa kita tak mampu berdiri tegap di atas tanahnya sendiri…!!!

( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *