BUDAYA  

Hadapi Era Digital, Museum Asia Bertukar Informasi

Pusat lokasi kegiatan kesenian dan kebudayaan di Luang Prabang, Laos

Editor: Valentino – Putu

Era digital yang ditandai dengan semakin derasnya arus informasi dan komunikasi menuntut segenap pihak dan berbagai ragam kegiatan untuk mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Demikian kesadaran pemikiran yang muncul dari berbagai diskusi seniman, budayawan dan pelaku museum Asia, di Laos sejak 12 Februari 2025.

Beragam kelompok kegiatan masyarakat dituntut untuk segera menyongsong fenomena perubahan yang sedang berlangsung. Kalau terlambat dikhawatirkan beragam kegiatan itu akan lenyap digulung ombak deras perubahan.

Tidak terkecuali kelompok masyarakat yang selama ini bergerak di bidang permuseuman. Shareholder dan stakeholders museum perlu mengambil langkah-langkah strategis agar peran dan fungsi museum tetap sentral, tidak hanya sebagai wahana pelestarian seni dan budaya, tetapi juga menjadi tempat kawah candra dimuka lahirnya tunas-tunas muda yang berkesenian dan berkebudayaan. Tunas dan kader muda ysng bertanggungjawab untuk meneruskan jejak kebudayaan suatu masyarakat ke masa depan.

Tim ARMA Museum; Gung Rai
(pimpinan), Gung Biang, Putu Suasta, Ketut Budianto, dan Warih.

Sejalan dengan itu dan dalam kerangka tetap berkelindan di arus deras perubahan, museum terkemuka dari beberapa negara di Asia Tenggara mengadakan pertemuan di Luang Prabang, Laos yang kental peninggalan Budha.
Pertemuan para pemilik museum itu diisi dengan beragam kegiatan, diantaranya; seminar dan diskusi, tukar informasi menyangkut tantangan dan peluang ke depan, serta melihat berbagai peluang kerjasama yang dapat di bangun bersama.

Indonesia tidak hendak melewatkan momentum pertemuan berharga ini begitu saja. Untuk itu, Tim Arma Museum, salah satu museum terkemuka di Ubud, hadir dengan formasi lengkap diantaranya: Gung Rai, Gung Biang, Putu Suasta, Ketut Budiana, dan Warih. Gung Rai, pimpinan rombongan dari Indonesia merasa senang dan bersyukur dapat hadir melihat dan menggali berbagai informasi dan strategi yang tengah dilakukan berbagai negara lain.

“Sebagian yang bisa kita adopsi, akan kita ambil dan kembangkan sesuai dengan cita dan kondisi kita”, demikian Gung Rai. Sementara itu, Putu Suasta berpendapat, berbagai informasi yang digali dari pertemuan ini perlu diwujudkan dalam aksi nyata.

“Kerjasama antar museum yang terbangun dan digagas di Laos akan diteruskan sebagai wujud kepedulian dan semangat kebersamaan di antara museum di tanah air” tandas Putu.

[Valen]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *