Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn
Sebagai suatu bangsa yang yang sedang giat membangun, bangsa Indonesia harus meningkatkan kebersamaan dan nasionalisme. Energi bangsa Indonesia harus difokuskan untuk mencapai cita-cita bersama sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan budaya, perlu menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh komponen bangsa. Nilai-nilai dimaksud adalah kepribadian bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 1945. Nilai-nilai tersebut juga merupakan budaya luhur dan warisan leluhur bangsa Indonesia bahkan jauh sebelum NKRI berdiri.
Kebesaran bangsa ini kini tengah terusik dengan adanya klaim dari oknum Habib, yang menyebut bahwa bangsa ini warisan auliya tahrim. Ini bentuk pembelokan sejarah yang harus kita sikapi karena bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kisruh nasab Rasulullah terus bergulir di semua jejaring media sosial dari segala penjuru negeri Nusantara, apresiasi yang setinggi tunggi nya untuk para Kyai dan ulama Nusantara yang terus bangkit meluruskan ktidak benaran manusia – manusia yang mengaku turunan Rasulullah hingga memalsukan Makam leluhur Nusantara hingga mengklaim yang memerdekakan Indonesia.
Hal ini jadi pertanyaan besar bagi saya sebagai akademisi dan aktivis media, apakah manusia – manusia yang bersorban mengaku turunan Rasulullah tidak ada rasa takut akan dosa dunia dengan membohongi para umat muslim demi mencari kehidupan di Nusantara ini, ingat Rasulullah Kanjeng Nabi Besar adalah utusan Allah yang sangat jujur,adil,santun dalam menyiarkan Agama Islam yang hingga kini jadi panutan umat Islam sedunia, berbanding terbalik dengan manusia bersorban di Nusantara yang mengaku turunan Rasulullah tetapi memiliki sikap dalam ceramahnya dengan penuh kekasaran dan kebohongan juga provokasi umat.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang rukun. Namun demikian, kerukunan itu bukan datang begitu saja dari langit. Kerukunan merupakan proses yang terus berlangsung, diupayakan, dan dijaga karena realitas Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Jangan mempolitisasi agama untuk kepentingan sepihak.
Kerukunan antar umat beragama bukan sesuatu yang hidup di ruang hampa. Kerukunan selalu dinamis dan tergantung pada dinamika yang berkembang di sekitarnya. Konflik yang mengataskannamakan agama semata-mata hanya mengatasnamakan agama. Tidak bisa diterima akal sehat agama dijadikan alat kita bersengketa antar sesama kita.
Para tokoh Islam Nusantara harus bangkit bersama baik dalam dakwah maupun dalam memberi pencerahan kepada umat Islam di Nusantara untuk meluruskan kebohongan manusia bersorban dan berjenggot yang mengaku turunan Rasulullah yang bersifat pengibul tersebut, dan jika perlu dengan fakta dan bukti yang ada laporkan secara hukum manusia – manusia pengibul pengaku Dzuriah Rasulullah yang menyesatkan’ umat tersebut agar dihukum secara Hukum Indonesia.