OPINI  

Batal Naik Cukai Rokok 2025, Angin Segar Untuk Kelas Pekerja, Namun Belum Cukup Mendukung Daya Beli

Foto ilustrasi

Oleh: Achmad Nur Hidayat (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta)

Tekanan biaya ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat sedikit penurunan inflasi di beberapa sektor, beban pengeluaran rumah tangga, khususnya kelas pekerja, masih signifikan. Inflasi yang tinggi pada kebutuhan pokok, termasuk pangan dan energi, tetap menjadi tantangan besar bagi daya beli masyarakat

Sehingga, meskipun harga rokok mungkin lebih stabil tanpa kenaikan cukai, komponen pengeluaran lainnya tetap menggerus daya beli masyarakat pekerja.

Selain itu, keputusan untuk tidak menaikkan cukai juga tidak sepenuhnya mengatasi fenomena downtrading—peralihan konsumen ke rokok murah dari golongan yang lebih rendah.

Produksi rokok dari golongan I tercatat menurun, sementara golongan II dan III, yang memiliki harga lebih murah, justru meningkat.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa konsumen, terutama kelas pekerja, telah melakukan penyesuaian dengan beralih ke produk yang lebih terjangkau. Dalam konteks ini, penundaan kenaikan cukai saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan daya beli yang semakin menurun, terutama karena pilihan mereka terhadap produk lebih murah bukanlah solusi jangka panjang yang ideal.

Oleh karena itu, meskipun batalnya kenaikan cukai rokok bisa dianggap sebagai langkah sementara yang membantu meringankan beban kelas pekerja, hal ini masih jauh dari upaya yang komprehensif untuk mengembalikan daya beli.

Diperlukan kebijakan yang lebih luas dan terkoordinasi untuk menghadapi tantangan inflasi yang menekan hampir semua segmen masyarakat. Tanpa adanya langkah strategis yang mendorong peningkatan pendapatan riil serta pengendalian harga kebutuhan pokok, penundaan kenaikan cukai hanyalah pereda sementara yang tidak memberikan dampak signifikan bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat pekerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *