Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH.,MH.,M.Kn*)
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia mengandung banyak pesan yang bisa kita renungi bersama, tidak hanya oleh umat Katolik di Indonesia, tapi oleh semua pihak di negara ini. Kedatangan Paus Fransiskus di bumi pertiwi yang berBhineka Tunggal Ika, membawa pesan perdamaian, pesan cinta kasih dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian
Perdamaian tidak hadir begitu saja, banyak hal yang harus diharmonikan di satu sisi dan banyak pihak yang harus dirangkul untuk mewujudkan perdamaian itu. Pesan moral dan pesan perdamaian itu, juga selaras dengan tagline PWRI “ Lintas Suku Lintas Agama untuk NKRI Jaya “
Spirit perdamaian dalam menjaga bangsa ini dari lunturnya persatuan dan kesatuan, harus terus digelorakan, sehingga anak anak bangsa kembali terbangun rasa nasionalismenya, dan tidak mudah dipecah belah oleh kepentingan politik atau kepentingan apapun yang bisa merusak esensi hidup berbangsa dan bernegara.
Indonesia memiliki modal yang kuat bagi terciptanya persatuan bangsa. Sebagai contoh adalah keberadaan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, hingga tradisi agama-agama besar yang berkelindan dengan kebudayaan-kebudayaan lokal sehingga mampu menampilkan wajah yang sejuk kepada sesama. Modal penting lainnya yaitu hadirnya akar budaya bangsa yang telah menjadi sistem nilai dan etika dalam relasi antar manusia di Indonesia, yang telah mengakar sejak dahulu kala.
Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai keragaman antara lain suku, ras, bahasa dan juga agama. Keberagaman ini merupakan asset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan rawat bersama.
Keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman Indonesia yang tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dan berbudaya tetapi kita punya makna yang jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan.
Saya teringat apa yang dikatakan Bung Karno,” Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi orang Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara kita yang kaya raya ini”
Salah satu identitas Indonesia yang paling dominan dari dulu hingga sekarang adalah keragaman, atau kebhinekaan. Identitas tersebut tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun hasil dialog sejarah panjang dari generasi ke generasi, dan senantiasa eksis dari dahulu hingga sekarang ini.
Perbedaan ras, suku bangsa, agama, dan budaya tidak menyebabkan keadaan terpecah belah, tetapi justru memperkuat harmoni sosial. Secara sosiologis dan kultural masyarakat Indonesia memang merupakan masyarakat plural yang memiliki potensi besar bagi munculnya konflik dan perpecahan, jika tidak dilandasi oleh multikulturalisme.
Bagi bangsa Indonesia, multikulturalisme adalah suatu keniscayaan dan keharusan. Keragaman ras, suku, bahasa, budaya, dan agama merupakan ciri khas serta kelebihan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain.
Mari kita rawat bangsa ini dengan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam kerukunan, kita belajar untuk saling menghargai, memahami, dan bekerja sama tanpa memandang perbedaan keyakinan. Oleh karena itu, peran serta semua elemen masyarakat, terutama tokoh agama dan pemimpin keagamaan, sangatlah penting dalam upaya merawat kerukunan ini.
*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia