Khazanah Ramadhan oleh Chaidir *)
Masalah atau ujian dalam sebuah kehidupan adalah merupakan sesuatu hal yang lazim yang akan kita hadapi didalam hidup ini. Allah SWT tidak akan memberikan ujian ataupun masalah diluar batas kemampuan umatnya, dan sudah pasti masalah yang diberikan berbeda-beda.
Ujian kesulitan, kehilangan, musibah, kekurangan, penyakit, dan kemiskinan adalah suatu hal yang lazim dihadapi manusia di muka bumi ini. Dan tidak ada satu manusia pun yang luput dari ujian dan permasalahan, dan tidak ada satu manusia pun yang meminta untuk hidup susah dan meminta untuk mempunyai masalah.
Firman Allah SWT, yang artinya,”Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan (saja) menyatakan :’ kami telah beriman: sedang mereka sedang diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang dusta’ ( QS. AL-Ankabut : 2:3 ).
Dalam ayat tersebut, Allah SWT telah menjelaskan bahwa setiap manusia atau setiap umat muslim yang beriman pasti Allah SWT akan memberikan ujian atau masalah baginya.
Dan ketika dihadapkan pada sebuah ujian atau masalah, manusia akan dihadapkan pada sebuah proses pengambilan sebuah keputusan dan memecahkan dari permasalahan tersebut. Dan pula, sudah tentu setiap manusia atau setiap orang akan berbeda-beda dalam menyikapi sebuah ujian atau masalah yang dihadapi, serta proses yang dilakukan dalam sebuah penyelesaian masalah juga berbeda-beda.
Untuk pengambilan sebuah keputusan dapat diartikan sebagai sebuah proses pemilihan alternatif terbaik dari banyak alternatif, dan dengan cara yang dianggap efisien sesuai dengan situasi yang ada atau yang sedang terjadi.
Ali Bin Abi Thalib berkata.” Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, dan jangan membuat janji sewaktu sedang gembira”.
Keputusan dan amarah biasanya sering tiba-tiba berdatangan dengan bersamaan, tergantung kita dalam menyikapi dan menilai dari permasalahan tersebut. Dan biasanya kondisi seperti itu membuat kita menjadi labil sehingga tergesa-gesa dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga nantinya dapat merugikan kita sendiri yang paling utama dan lalu kemudian orang banyak.
Karena lazimnya, apabila kondisi tersebut tidak mampu kita hadapi maka akan membuat sebuah keputusan yang biasanya lebih mengedepankan pembenaran diri tanpa mengroscek kebenaran dari apa yang menjadi masalah yang sudah tentu akan merugikan diri sendiri dan orang banyak. Atau sebuah keputusan yang tidak tepat.
Untuk itu, maka berhati-hati lah dalam mengambil sebuah keputusan dari sebuah permasalahan, karena hal tersebut juga merupakan sebuah ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita umatnya, dan Allah SWT juga menguji sampai dimana kebenaran dan keadilan yang akan kita junjung didalam pengambilan sebuah keputusan. Apalagi seorang pemimpin sebuah negara, partai, organisasi atau perusahaan, atau yang terkecil seorang pemimpin rumah tangga.
Kesampingkan emosi dalam atau saat kita menghadapi ujian atau masalah. Apalagi ujian atau masalah tersebut sampai harus mengambil sebuah keputusan. Sudah pasti keputusan tersebut apabila tidak tepat dan tidak benar-benar dilakukan dengan hati tenang dan kepala dingin akan merugikan orang lain, pastinya.
Terakhir penulis mengingatkan sesuai judul diatas, hati-hati didalam mengambil sebuah keputusan dan berjanji. Apalagi berjanji dilakukan disaat kita sedang bergembira. Karena disaat kita gembira , dunia terasa tidak akan pernah ada masalah dan perjalanan didunia akan selalu berlalu dengan yang indah-indah.
Semua sekan-akan terasa menyenangkan hati, karena diri tidak fokus dengan apa yang akan diambil sementara diri masih terlena dengan suasan hati yang sedang melambung. Maka janji yang diucapkan saat itu, biasanya hanya sekedar sebuah imbas dari rasa gembira yang meluap-Luap sehingga tidak sadar dengan apa yang telah diucap atau tidak sadar dengan apa yang telah dijanjikan.
Maka dapat disimpulkan jangan mengambil sebuah keputusan disaat hati sedang marah, atau disaat hati sedang tidak stabil begitu juga, jangan memberi sebuah janji disaat hati sedang senang, karena pada umumnya janji tersebut akan menjadi sebuah janji yang menyenangkan bagi yang mendengarkan dan sulit untuk dikabulkan nantinya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan harapan nantinya juga bermanfaat bagi pembaca.
* Ketua PWRI Aceh Tengah – Bener Meriah )