Inovasi Pengembangan Pariwisata Banyuwangi

Kawah Ijen, salah satu destinasi wisata unggulan di Banyuwangi

 

NUSANTARA-NEWS.co, Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal memiliki banyak destinasi wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Nama Banyuwangi pun menggema di kancah pariwisata nasional maupun internasional

Hal ini tak lepas dari inovasi maupun strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.

“ Kami terus melakukan berbagai inovasi dan strategi bagaimana mengemas pariwisata di Banyuwangi. Kami juga mengembangkan pariwisata berbasis desa, sehingga bisa mendorong masyarakat untuk lebih kreatif untuk mengembangkan wisata di desanya. Tahun 2021 ini kita akan membranding wisata ramah dan wisata desa. Pariwisata ramah ini memberi ruang pada masyarakat agar mengunjungi Banyuwangi dengan konsep yang natural,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi,  M. Yanuarto Bramuda S.Sos MBA, MM, Senin (8/3/2021).

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi,  M. Yanuarto Bramuda S.Sos MBA, MM

“ Konsep wisata natural ini wisata berbasis alam, karena kita punya Taman Nasional seperti Alas Purwo, ada Ijen, jadi pariwisata ini cukup hijau dan ramah, dan kita juga memberikan fasilitas kepada teman teman difabel untuk masuk ke tempat-tempat destinasi wisata di Banyuwangi ini gratis karena kita sudah punya kartu osingfabel. Jadi kita memberikan fasilitas untuk mereka,” terang Bram,  demikian karib disapa.

Bramuda mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga menyiapkan, mendistribusikan beberapa pendukung teman teman pariwisata ramah, sehingga kalau ke Banyuwangi mengunjungi destinasi wisatanya sudah aman, ada fasilitas tandu, pemadam kebakaran, kursi roda, sehingga jika terjadi sesuatu di lokasi, fasilitas-fasilitas pendukung tersebut sudah siap.

“ Keramah tamahan itu sudah disupport oleh Pemda, sehingga wisatawan akan merasa nyaman. Semua fasilitas tersebut kita belikan dari anggaran pemerintah daerah,” ujarnya.

Lanjut Bramuda, konsep selanjutnya adalah wisata desa. Menurutnya, wisata desa ini memberikan ruang di saat pandemi adalah konsep  yang natural, sesuai dengan potensinya, sehingga semua bisa dioptimalkan.

Strategi lain yang dilakukan Dinas Pariwisata, adalah pengembangan konsep wisata desa. Wisata desa ini diyakini akan mampu menarik minat masyarakat, karena pendekatannya adalah kultural sesuai dengan potensi yang ada di desa setempat.

Alas Purwo

“ Konsep wisata desa ini konsep wisata yang natural sesuai dengan potensinya dan mereka bisa kita optimalkan. Nanti kita siapkan cluster Ijen sama Kemiren untuk menjadi wisata desa. Kalau ada orang datang ke sana ya sudah, semisal ada potensi jagungnya ya bisa dioptimalkan. Tugas kita adalah mengedukasi. Atau misalnya mereka ada tempat kosong yang bagus, kita bisa buat rest area dan sebagainya,” papar Bramuda.

Keindahan dan potensi yang ada di Desa, kata Bram, bisa dibranding, bisa dibuat fotografi dan bisa diapload di media sosial seperti instagram, facebook dan sebainya, sehingga bisa memancing masyarakat untuk datang ke tempat tersebut.

“ Dengan branding yang bagus dan tepat, akan membuat orang tertarik, nah, disinilah ada potensi ekonomi yang berkembang di masyarakat, misalnya ada yang jual nasi bungkus kas desa, oleh-oleh dan sebagainya,” ucapnya.

“ Intinya adalah, wisata dengan biaya murah, atau misalnya masyarakat yang punya rumah juga bisa dijadikan homestay, dengan demikian perekonomian masyarakat juga ikut tumbuh dan berkembang,” imbuhnya.

Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi wisata berbasis masyarakat,   kata Bram, salah satu strategi yang dilakukan adalah melarang pembangunan hotel di tempat wisata, sehingga masyarakat bisa menyewakan rumahnya untuk penginapan, sehingga hasilnya bisa dinikmati langsung oleh masyarakat.

“ Ijin hotel pun juga kita kendalikan, mulai dari hotel kelas melati, bintang satu, bintang tiga, bintang empat. Sekarang kita ingin ada hotel bintang lima, karena dengan bintang itu akan membawa segmen khusus datang dan itu jaringan seperti aston, santika dan sebagainya. Ini adalah bagian untuk menarik percaya diri datang ke Banyuwangi,” terang Bram.

Selain mengembangkan konsep pariwisata berbasis masyarakat,  Pemkab Banyuwangi juga menerapkan pengembangan wisata yang diprogramkan Kementerian Pariwisata, yaitu atraksi, aksesibilitas dan amenitas (3A).

Untuk atraksi, Banyuwangi secara rutin menggelar berbagai festival dan membingkainya dalam program “ Banyuwangi Festival “ Dengan gelaran festival berbasis budaya masyarakat setempat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Banyuwangi.

( Sar/Ver/red )

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *