Petani Bireuen Aceh Mulai Panen Padi,Pandemi Covid-19 Bukan Penghalang Bagi Mereka

 

Laporan : Suherman Amin Kaperwil Aceh

NUSANTARANEWS.CO,BIREUEN – Petani di sejumlah desa dari berbagai wilayah Kecamatan dalam Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh mulai melaksanakan panen padi meski ditengah pandemik wabah virus Corona (Covid-19) dan para petani tetap mengikuti protocol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dalam melawan virus corona.

Tampak hamparan areal persawahan di Kabupaten Bireuen, saat ini sudah siap memasuki masa panen raya padi, di antaranya berada di Kecamatan Makmur wilayah Timur arah Selatan Kota Bireuen dan pademi covid 19 bukan penghalang bagi mereka namun mereka tetap mengikuti protocol kesehatan.

Dengan nuansa kegembiraan memasuki masa panen walaupun di tengah pandemi Covid-19 seolah bukan penghalang bagi para petani di kecamatan Makmur untuk turut mempersiapkan produksi dari hasil panen mereka.

Sosok tokoh muda Bireuen asal Makmur Ketua Asosiasi Peutuha Tuha Peut Kabupaten Bireuen Nurdin Ismehram kepada media ini, Rabu 7 oktober 2020 menyebutkan, saatnya masyarakat berbahagia ketika penen tiba . Bagi warga panen padi merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu.

“ Alhamdulillah rasa lega dan senyuman bahagia ternyata mampu menghapus keringat yang mereka menganggap panen adalah hari kemenangan dengan harapan baru dan beras baru yang memang sangat bermakna bagi mereka.” Ungkap Pak Nurdin yang mengharapkan semoga barokah.

Tampaknya kata Pak Nurdin di Wilayah Bireuen panen tidak serentak dan hal itu disebabkan akibat jenis bibit yang digunakan antar desa dan kecamatan berbeda, namun dalam satu hamparan tetap menggunakan bibit yang sama.

Prosesi pelaksanaan panenan di wilayah Makmur tambah Nurdin dilakukan dengan menggunakan alat pertanian berupa Combine Harvester yang penggunaan alat tersebut dapat menekan kehilangan hasil panen namun ada juga yang tidak menggunakannya.

” Kami tetap semangat dan berbahagia dan bangga kepada petani yang mampu mempertahankan jumlah produksi padi yakni sekitar enam – tujuh ton per hektarenya walaupun tidak mencapai target namun sedihnya harga jual gabah kering panen anjlok berkisar Rp 4.800 – Rp 5.000 per kilogramnya,” tutur Razali harga tersebut lebih murah dari sebelum panen mencapai Rp 5.500/kilogram.

Sementara salah seorang petani di Bireuen Razali menyebut, suatu hal buruk yang selalu menjadikan masyarakat krisis kepercayaan terhadap pemerintah karena tidak mampu membendung harga gabah dan bahkan dengan mudahnya para pedagang dan para tengkulak mempermainkan harga gabah asal panen tiba.

Ditambahkan, kita merasa bahagia melihat masyarakat berwajah ceria sejauh sudah tibanya panen akan tetapi sebaik mau menjual sedikit gabah untuk keperluan dana kebutuhan keluarga mereka berkerut kembali akibat dilanda kebingunan sebab di sejumlah sentral produksi padi di berbagai gampong Kabupaten Bireuen harganya anjlok sehingga petani mengalami kerugian Besar.

Dalam kaitan tersebut para petani sangat mengharapkan Pemerintah Kabupaten Bireuen membeli padi yang dijual petani dari hasil panen mereka melalui koperasi dengan harga yang standar di atas harga yang dibeli para tengkulak sehingga para tengkulak tidak lagi berkeliaran karena padi yang dijual petani ditampung koperasi.

“ Bila Koperasi mau membeli hasil panen padi dari petani harganya sedikit di atas yang dibeli tengkulak,lalu dijual kepada pedagang resmi atau Depot Logistik (Dolog), tentunya para petani tidak mengeluh setelah panen .” Ungkapnnya. **

Foto : Inilah panen padi dari areal persawahan masyarakat. Mereka sangat bahagia memasuki masa panen (Suherman Amin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *