Menjaga Warisan Leluhur: Harapan Sultan Kacirebonan untuk Masa Depan Budaya Cirebon

Sultan Abdul Gani Natadiningrat bersama Raden Kemal ketua PWRI kota Cirebon di keraton Kacirebonan

Oleh: Raden Kemal *)

Dalam suasana santai dan penuh kehangatan, penulis berkesempatan bercengkrama langsung dengan Sultan Abdul Gani Natadiningrat, pemangku Keraton Kacirebonan yang hingga kini tetap teguh menjaga warisan budaya dan sejarah leluhur di tengah gempuran modernitas.

Dalam perbincangan tersebut, Sultan menyampaikan sejumlah harapan dan kegelisahan yang patut menjadi perhatian bersama, terutama bagi masyarakat Jawa Barat dan para pemangku kebijakan. Beberapa poin penting yang disampaikan beliau adalah minimnya perhatian terhadap kekayaan budaya Cirebon dalam kegiatan pendidikan, khususnya pada program studi tour sekolah-sekolah di Jawa Barat.

“Seringkali, siswa-siswa lebih memilih berkunjung ke tempat bersejarah dikota lain di luar Jawa Barat. Padahal, Cirebon memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang tak kalah luar biasa. Ini tanah leluhur yang menyimpan jejak awal masuk dan berkembangnya Islam di Tanah Jawa,” tutur Sultan Abdul Gani dengan nada harap.

Lebih jauh, Sultan juga menyoroti pentingnya keterlibatan para pemuka agama dalam meluruskan persepsi terhadap keraton. Menurut beliau, masih ada jarak antara tokoh-tokoh agama dengan seni dan budaya keraton. Padahal, sejarah berdirinya keraton-keraton di Cirebon sangat erat kaitannya dengan perjuangan para wali dan syiar Islam di masa lampau.

“Bayangkan jika para santri diajak mengenal sejarah keraton. Mereka tak hanya memahami nilai budaya, tetapi juga meresapi bagaimana Islam menyatu dengan tradisi. Ini bisa memperkaya wawasan mereka dan menumbuhkan rasa cinta pada tanah air,” ujar Sultan, yang juga dikenal sebagai tokoh pelestari budaya.

Sayangnya, perhatian dari pemerintah daerah dan legislatif terhadap keberadaan keraton di Cirebon masih dirasa kurang. Sultan menyayangkan bahwa komunikasi antara pihak keraton dan para anggota dewan sangat jarang terjadi, bahkan nyaris tidak pernah ada langkah konkret untuk menjadikan keraton sebagai bagian penting dari agenda pembangunan budaya daerah.

“Kami tidak meminta kemewahan, hanya sebuah penghargaan terhadap warisan sejarah. Keraton adalah bagian dari jati diri bangsa, dan sudah semestinya mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak,” ungkap beliau penuh harap.

Sultan Abdul Gani Natadiningrat menutup perbincangan dengan menyerukan ajakan kepada semua elemen masyarakat, baik dari kalangan pendidikan, tokoh agama, hingga pemerintah daerah, untuk bersama-sama menjaga, merawat, dan melestarikan nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalam tembok-tembok tua Keraton Kacirebonan. Karena sejatinya, masa depan budaya ada di tangan generasi kini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *