NUSANTARANEWS.co, Jakarta – Aktivitas kegiatan usaha sektor industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi Kalimantan Selatan terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan, khususnya IKM makanan dan minuman. Salah satu sektor yang cukup menunjukkan geliat positif, yakni IKM pengolahan kopi, seiring meningkatnya konsumsi produk olahan kopi oleh masyarakat setempat.
Guna mendukung pengembangan IKM di daerah, Kementerian Perindustrian telah menginisiasi program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (DAPATI) sejak tahun 2016 melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI). Program DAPATI merupakan bantuan jasa konsultansi teknologi untuk mengatasi permasalahan teknologi yang dihadapi oleh pelaku IKM.
”Skema pendanaan DAPATI ini, yaitu 75 persen diambil dari APBN melalui BSKJI dan 25 persen sisanya merupakan pembiayaan oleh IKM itu sendiri,” kata Kepala BSKJI Kemenperin, Andi Rizaldi di Jakarta, Jumat (24/11).
Menurut Kepala BSKJI, program DAPATI ini dirancang untuk membantu memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh IKM dengan target untuk dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian industri. Diharapkan pula, melalui program DAPATI, pelaku IKM yang terlibat akan semakin besar kontribusinya dalam peningkatan perekonomian nasional.
”Dengan produk yang berkualitas, maka nilai tambah produk akan semakin tinggi yang berujung pada peningkatan daya saing industri dan produknya,” tuturnya.
Di Provinsi Kalimantan Selatan, program DAPATI pada tahun 2023 ini salah satunya diberikan kepada IKM eFGeeN Kopi Hirang. Dirintis sejak tahun 2017, usaha yang bertempat di Kelurahan Komet Kota Banjarbaru ini tergolong sebagai industri kecil dan merupakan perusahaan perseorangan.
”Keunikan dan performa bisnis IKM ini menjadikannya terpilih untuk program DAPATI kali ini,” ujar Andi
Produk Kopi Hirang dengan merek eFGeeN ini menggunakan kopi jenis liberika hasil budidaya petani di Tanah Laut yang dapat menimbulkan rasa baru bagi para pecinta kopi.
”Kopi liberika memang tidak sepopuler kopi arabika dan robusta. Namun, dengan aroma khas buah seperti buah nangka dan rasanya yang tergolong unik, kopi ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi para penikmat kopi untuk mendapatkan pengalaman dan sensasi baru dalam meminum kopi,” papar Andi.
Pemilik IKM eFGeeN Kopi Hirang, Yossie Simanjuntak menyampaikan, salah satu permasalahan yang dihadapi pada awal sebelum mendapatkan pendampingan melalui program DAPATI adalah tempat penyimpanan bubuk kopi yang disimpan dalam kaleng bekas kue kering sehingga rawan terkontaminasi partikel-partikel debu, rambut dan partikel lainnya pada saat membuka penutup kaleng untuk pengambilan bubuk kopi. Selain itu, belum dilakukan pengujian kualitas bubuk kopi berdasarkan standar SNI dan belum adanya penerapan GMP/CPPOB produk dan quality kontrol produk.
Melihat kondisi tersebut, tim Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banjarbaru melalui program DAPATI tahun 2023 telah melakukan konsultansi dan pendampingan kepada IKM eFGeeN berupa pendampingan dan konsultansi rancang bangun alat penyimpanan bubuk kopi hirang liberika yang dilengkapi dengan sistem kontrol suhu dan kelembaban.
Alat penyimpanan yang dirancang dan disediakan oleh BSPJI Banjarbaru tersebut dapat meningkatkan efisiensi waktu pengemasan sebesar 52% atau dalam waktu 2 jam yang hanya biasanya rata-rata dapat mengemas 50 pouch (10 kg) dapat meningkat menjadi 76 pouch (15,2 kg).
Selain itu, telah dilakukan pengujian kualitas bubuk kopi berdasarkan SNI dan umur simpan produk pada alat tersebut dimana semua parameter uji telah memenuhi syarat mutu SNI bubuk kopi. Bahkan, telah diberikan pendampingan dan pelatihan uji sensoris serta bimbingan teknis CPPOB untuk UMKM sehingga meningkatkan kompetensi tim IKM eFGeeN dalam menerapkan quality control terhadap bahan baku dan produk bubuk kopi hirang Liberika.
”Model kegiatan konsultansi dan pendampingan yang dilakukan oleh BSPJI Banjarbaru kepada IKM Kopi Hirang Efgeen ini merupakan salah satu model kerja sama yang hendak dikembangkan oleh BSPJI Banjarbaru selaku perwakilan Kemenperin, untuk diperluas implementasinya di wilayah Kalimantan Selatan dan sekitarnya,” ungkap Andi.
Menurutnya, program DAPATI telah berhasil menjadi katalisator untuk menciptakan pola kerja sama yang nyata dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas bagi IKM. ”Sekarang, IKM Kopi Hirang Efgeen dapat lebih percaya diri dalam menyebarkan pemasaran produknya lebih luas, bahkan untuk ekspor,” pungkas Andi.
[rus/rel]