Catatan Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seniman/Budayawan Yogyakarta
Lagu dolanan anak yang berjudul Gundhul-Gundhul Pacul sangat sederhana lagu dan syairnya, namun sarat dengan makna.
Tembang gundhul-gundhul pacul sering saya nyanyikan saat saya sekolah di SD Taman Siswa Ibu Pawiyatan, Yogyakarta, 1972-1978, dibimbing Sang Maestro gendhing dan gamelan, Ki Hadisukatno.
Gundhul-gundhul pacul
Gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul
Gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.
Gundhul-gundhul pacul, Si Gundhul membawa pacul, pesan yang ingin disampaikan adalah seorang pemimpin itu jauh dari gemerlap dan hiruk pikuk duniawi dan sederhana dalam hidupnya dan fokus kerja keras untuk kesejahteraan rakyatnya. Sederhana juga bermakna mendahulukan kepetingan bersama daripada hanya menehui hasrat rakus diri dan keluarganya. Milik nggendhong lali, lali purwa duk sina.
Dalam tembang dolanan anak Gundhul-gundhul Pacul, seorang pemimpin sederhana, digambarkan dengan kepala gundhul, tanpa mahkota, dan tanpa pernak-pernik derajat pangkat.
Gembelengan disini maknanya sangat termotivasi akan tanggung jawabnya. Kepala gundhul membawa pacul, menggambarkan pemimpin sederhana yang sangat termotivasi mensejahterakan rakyatnya.
Nyunggi wakul maknanya pemimpin yang bertanggung jawab atas kehidupan rakyat banyak. Wakul berisi sega (nasi) adalah gambaran kehidupan orang banyak. Wakule ngglimpang segana dadi sak latar artinya kehidupan bagi rakyat banyak terdistribusi merata dan adil bagi siapa saja.
Pemimpin sederhana itu jujur, konsisten dan tidak manipulatif: memanipulasi konstitusi demi kepentingan keluarganya. Tidak perlu pakai baju Songkok bak Raja Mataram, Susuhunan Agung Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Hanyokrokusumo Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Khalifatulloh Syayiddin Panatagama. Untuk apa? Faktanya bukan raja. Ora pantes babar blas, mung dadi dhagelan. Kaya kere munggah bale.
Tembang Gundhul-gundhul Pacul jelas tidak cocok untuk Jokowi . Jokowi saat ini jauh dari figur pemimpin sederhana yang fokus akan tanggung jawabnya kepada rakyat. Jokowi sibuk membangun Politik Dinasti untuk anak-anak, menantu dan cucunya.
Kita ingat kembali Kerajaan Holing atau Kalingga di abad ke VIII di Jawa Tengah, pemimpinnya seorang Ratu bernama Shima. Ratu Shima menegakkan aturan bagi siapa saja tanpa kecuali ke keluarganya. Suatu ketika puteranya naik kuda menendang pundi-pundi yang sengaja diletakkan di tengah jalan oleh Ratu Shima. Sang putera dipotong kakinya karena dianggap menyalahi aturan kerajaan.
Ratu Shima menegakkan aturan bagi siapa saja tanpa kecuali keluarganya. Sedang Jokowi menggoyang konstitusi dan menabrak etika kepatutan seenaknya sendiri, demi anak-anaknya.
Dibandingkan Ratu Shima, Jokowi ibaratnya Bumi dan Langit!
Jujur saya sedih, sebagai orang yang pernah mendukung Jokowi sejak 2014, melihat Jokowi berubah drastis sepeti saat ini. Malik sarengat.
Kesederhanaan yang Jokowi tunjukkan selama ini, ternyata hanyalah sebuah kamuflase politik, memba-memba laku dhedhemitan.
Jokowi hanya akan menjadi seorang Satrio Wirang pada akhir jabatannya. Wirang karena perbuatannya sendiri. Wirang mbebarang, wirange dianggo mbarang.
Politik dinasti yang Jokowi bangun selama ini adalah fakta. Karena, anak-anak dan menantu Jokowi muncul di panggung politik nasional bukan karena kemampuan akademik yang luar biasa, dan juga bukan karena pengalaman panjang bidang politik dan kenegaraan. Hanya karena kekuasaan Jokowi. Contoh sangat buruk bagi generasi milenial Indonesia. Jujur saya muak melihat anak-anak Jokowi.
Curhat sedikit, ketika saya bermasalah secara hukum, pada bulan Mei 2020, gara-gara saya membela Jokowi, saya di BAP sebanyak tujuh kali di Dir. Krimsus, Polda DIY, tanpa dampingan pengacara. Pimpinan UGM kala itu tidak menyediakan bantuan pengacara. Saya tidak punya uang untuk membayar pengacara.
Akhirnya, saya dibantu Ganjar Pranowo, sebagai Ketua Kagama, dengan menyediakan pengacara dari Kahgama (keluarga Alumni Hukum Universitas Gadjah Mada), disaat berproses di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta. Terimakasi Ganjar Pranowo. Bagi saya, Ganjar orangnya sangat understanding dan humanis.
Jokowi yang saya bela, menyapa, atau ngaruhke saja tidak sama sekali, apalagi memberi bantuan hukum. Jokowi adalah sosok manusia yang tidak pandai berterima kasih dan tahu berbalas budi.
Semoga badai segera berlalu. Terimakasih.
Yogyakarta, 2023-11-03
BPW. Hamengkunegara