NUSANTARANEWS.co, Jakarta – Pengusaha sukses asal Bireuen, Aceh, Dr. Hj. Rizayati, SH, MM, memperkenalkan produk pelaku UMKM tanah air kepada pasar internasional. Menurutnya, produk Indonesia memiliki potensi besar untuk memasuki pasar global.
Hj. Rizayati menyampaikan hal itu di sela-sela kunjungan kerja di Australia, Selasa 29 November 2022.
“ Produk UMKM kita, memiliki potensi besar memasuki pasar global. Banyak komoditi unggulan yang kami pasarkan di luar negeri, terutama produk unggulan Aceh seperti kopi, maupun produk-produk lain,” kata Hj. Rizayati.
“ Seperti impor kopi asal Indonesia ke Australia yaitu Kopi Gayo, kopi Sidikalang, kopi Sipirok, dan lain-lain. Selain itu, juga akan disinggung masalah impor ikan tuna dari Aceh ke Sydney Australia,” tuturnya.
Sesuai jadwal, Hj. Rizayati bersama suami H. Imran Abdul Hamid, berada di Australia dari tanggal 24 November hingga 1 Desember 2022.
Dalam kunjungan kerja di negeri Kanguru tersebut, juga turut serta partner kerja dari Indonesia, yakni Nasaruddin yang merupakan Direktur Eksekutif PT Indo Working Group, dan Dr. Rudwin Loppies, Eksekutid dan Planning Transportatiion PT Jaya Eklesia Travind.
Penggagas Program Indonesia Terang ini mengaku, saat ini masih memfokuskan diri menjalin kerjasama dengan mitra luar negeri. Selain memiliki misi besar, memperkenalkan produk Indonesia agar lebih mendunia, banyak agenda bisnis lainnya yang saat ini tengah dibahas dengan mitra bisnis luar negeri.
“Selesai dari Australia kami akan lanjut Singapura urasan bisnis, setelah itu lanjut kembali ke Belanda sampai 20 Desember mendatang,” ungkapnya.
Hj. Rizayati mengungkapkan, untuk kerjasama bidang pendidikan akan disinggung masalah Visa Student bagi pelajar-pelajar asal Aceh yang akan melanjutkan sekolah ke Australia dan peluang untuk bekerjasama dengan lembaga pendidikan seperti Aston College Australia dalam mempermudah para pelajar atau mahasiswa asal Aceh ke Australia.
Selain itu terkait masalah ketenagakerjaan yang akhir-akhir ini mengemuka, apakah ada peluang bagi anak-anak Aceh berusia 18-30 tahun untuk ke Australia dengan menggunakan fasilitas Working Holiday Visa.
“Itu kira-kira antara lain yang kami bahas dalam pertemuan dengan bapak Dubes, agar mendapatkan hasil yang sempurna,” terang Rizayati.
Ditambahkan Rizayati, Dubes Indonesia untuk Australia juga meminta dirinya mengembangkan usaha ekspor ikan tuna dan pengiriman guru Bahasa Indonesia untuk mengajar di Australia serta membahas hal bisnis lainnya.
“Semoga tahun depan semua sesuai rencana,” pungkas Hj Rizayati.
[nug/red]