NUSANTARANEWS.co, Banyuwangi – Belakangan ini, tuntutan untuk menjalani kehidupan selaras dengan alam semakin menguat. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, pemanasan global, produk pertanian penuh bahan kimia hingga persoalan sampah menjadi sebuah fakta yang kita hadapi sehari-hari. Eco Enzyme salah satu opsi untuk mengatasi persoalan tersebut, terutama dalam penanganan Penyakit Mulut Kuku ( PMK ) pada hewan.
Pekerjaan dan problem yang terus menekan membawa sebagian kita untuk kembali kehidupan yang ramah dengan alam, menanam sendiri sayuran organik dan merajut kohesi sosial yang sempat terberai akibat pandemi.
Salah satu wujud nyata dengan mengolah limbah dapur menjadi lebih bermanfaat alih-alih menjadi limbah. Selain kompos dikenal juga Eco Enzyme, hasil fermentasi limbah sayur dan buah.
Saat ini bermunculan relawan yang melaksanakan kegiatan memproduksi Eco Enzyme sebagai bentuk kepedulian terhadap pengelolaan sampah sekaligus bermanfaat secara ekonomis.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Yayasan Eco Laku Lestari, yang terletak di sebelah barat lapangan Kalipuro.
Irwan Kurniawan Soetijono selaku ketua Yayasan Eco Laku Lestari menyampaikan bahwa komunitas-komunitas lintas generasi berjejaring bertukar informasi, pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan Eco Enzyme.
Pada 15 Agustus 2022, Yayasan Eco Laku Lestari membagikan Eco Enzyme kepada peternak sapi di wilayah Kelurahan Kalipuro terutama lingkungan Papring dan Wangkal. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian bidang Peternakan dan Pertamina, yayasan membagikan sekitar 2.500 botol Eco Enzyme untuk menanggulangi penyebaran penyakit kuku dan mulut (PMK) sapi, jelas Irwan.
Salah satu manfaat Eco Enzyme adalah menanggulangi penyebaran PMK sapi. “ Eco Enzyme dicampur air dengan perbandingan 1: 1000 dapat dipergunakan untuk pencegahan sekaligus pengobatan melalui memandikan ternak, penyemprotan kandang dan lingkungan sekitar serta minuman ternak, terang Irwan.
Sedangkan campuran 1:400 dipergunakan untuk menyeka mulut dan lidah sapi, menyemprot/ merendam kaki sapi serta dipakai membersihkan pijakan sapi di kandang,” demikian saran Irwan.
Eni Kustanti selaku pengurus Yayasan menyambung, bahwa pembuatan Eco Enzyme cukup mudah dan murah karena bahan-bahannya menggunakan limbah dapur.
“Dengan perbandingan 1 bagian molase bisa diganti gula merah, 3 bagian bahan organik dan 10 bagian air yang ditempatkan pada wadah tertutup rapat, maka cairan eco enzyme dapat dipanen setelah melalui 90 hari masa fermentasi,” ujarnya.
[veri kurniawan]
Mantab…eco enzym….semoga makin ngrembaka…..
.