Tim Redaksi Nusantara-news.co
Kita mungkin sering mengikuti berita dan perkembangan seputar masalah bisnis dan dunia usaha di Indonesia, tentu tidak akan asing dengan nama Sandiaga Salahudin Uno. Ia adalah salah satu sosok berpengaruh dalam dunia bisnis.
Meski usia milenial, namanya sudah nangkring dalam 100 besar orang-orang terkaya se-nusantara. Dikutip dari ARCOPODO JOURNAL, tahun 2009 Sandi –begitu ia biasa disapa– dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya no 29 di Indonesia, dengan kekayaan total mencapai U$ 400 juta.
Tahun 2011 ia kembali dinobatkan sebagai orang 37 terkaya di Indonesia dengan jumlah aset bersih mencapai U$ 660 juta. Sementara tahun 2018, peringkatnya melorot jauh meski masih masuk deretan 100 orang terkaya di republik ini, yakni posisi 85 dengan total kekayaan USD 300 juta atau setara Rp 4,3 T. Padahal sebelumnya (2017), Sandi masih memiliki kekayaan sebesar USD 500 juta. Apa rahasianya?
Melihat masa mudanya saat menuntut ilmu, maka memang segala prestasi yang Ia torehkan sekarang adalah berkat kedisiplinan dan kerja kerasnya dalam menuntut ilmu. Sandi adalah salah satu pengusaha yang sangat menekankan pentingnya proses belajar, baik itu dalam pendidikan formal maupun secara informal dan otodidak.
Dalam sebuah diskusi di Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu, Sandi pernah menyampaikan kepada para pemuda, bahwa salah satu pondasi dan kebiasaan yang bagus, yang harus dimiliki oleh seorang yang menginginkan kesuksesan adalah dengan gemar membaca, baik itu membaca buku, majalah, artikel, email, dan lain sebagainya, yang tentunya bermanfaat dan berdampak baik.
Pada kesempatan itu juga Sandi pernah bercerita bahwa saat ia sekolah di Amerika dulu, Ia harus berjalan kaki ke perpustakaan setiap beberapa kali dalam satu minggu, hanya untuk membaca dan mengerjakan tugas kuliah, sedangkan pada saat itu musim dingin yang extrem sedang melanda Amerika, dimana cuaca dingin yang luar biasa, dan angin kencang yang terkadang menghempaskan apapun yang dilaluinya.
“Mohon maaf, jika kita pipis, rasanya sebelum sampai ke closet atau tanah, air pipisnya sudah beku duluan, saking dinginnya…” begitu Sandi menggambarkan situasinya saat itu.
Demikian gigihnya Sandi dalam menuntut ilmu saat itu, sehingga di saat kawan kawannya yang lain lebih memilih dalam dekapan selimut tebal di depan perapian yang hangat, Ia memilih menantang suhu dingin yang membeku untuk mencari buku dan menuntut ilmu.
Sandiaga Uno dilahirkan di Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969. Ia dilahirkan dari seorang Ibu yang luar biasa bernama Mien Uno. SeorangAmerika Serikat, dengan predikat summa cum laude. Sejak kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasan yang dimiliki Sandi tidak terlepas dari dorongan yang diberikan oleh ibu kandungnya.
Karir bisnis Sandi sebenarnya berawal karena keterpaksaan. Tahun 1997 saat krisis moneter hebat melanda dunia, sebuah prusahaan besar tempat Ia menjabat sebagai seorang eksekutif vice presiden tidak bisa selamat dari badai krisis, sehingga Ia pun terkena imbas PHK. Saat itu penghasilan Sandi telah mencapai U$ 8000 per bulan. Krisis yang parah itupun menyapu habis, investasi yang selama ini ia gadang gadang bisa menyelamatkan ekonominya jika sesuatu yang buruk menimpanya.
Tentu adalah pukulan yang berat baginya saat itu ketika harus pulang lagi ke Indonesia dan menjadi pengangguran. Apalagi saat itu ia baru saja berumah tangga. Sandi menggambarkan saat saat itu seperti dalam penuturannya berikut. “… Tidak dapat saya lukiskan betapa dropnya pikiran saya saat itu, saya baru saja menikah, dan harus kembali lagi ke rumah orang tua saya dengan menempati kembali kamar saat saya masih bujangan dulu, namun kali ini saya harus menempatinya bersama anak dan isteri saya…”.
Pada tahap ini juga Sandi melukiskan bagaimana cinta dan dukungan dari sang Ibunda buatnya. “… seringkali tanpa sepengetahuan saya, Ibu saya memasukkan uang disaku celana saya, karena ia tahu saya sama sekali tidak memiliki uang, walau hanya untuk sekedar ongkos angkot buat mencari kerja…” Namun dalam titik dasar inilah Sandi menemukan jalan hidup sebenarnya, yaitu sebagai seorang pengusaha.
Melihat background beberapa profesinya sebelumnya yang banyak bersinggungan dengan dunia investasi, maka bersama salah seorang sahabatnya, Roesan Roeslani, Sandi mendirikan PT Recapital Advisors, sebuah perusahaan konsultan keuangan. “… kantor kami waktu itu adalah bekas sebuah salon, jadi ada cermin di mana-mana.
Jadi untuk mengajak calon klien ke kantor adalah seseuatu yang tidak mungkin untuk kami lakukan, bagaimana nanti kesan mereka, bagaimana mungkin mereka akan mempercayai perusahaan yang ukuran kantornya hanya 4 x 4 m, untuk mengelola dan memberi masukan pada keuangan mereka yang asetnya jumlahnya miliaran…”
Banyak sekali penolakan yang mereka terima saat menawarkan jasa konsultasinya, bahkan ada perusahaan yang ketika setelah keuangannya membaik malah tidak mau membayar jasa konsultannya. “.. dan satu sosok yang memberi saya kesempatan pertama itu adalah pak Dahlan Iskan. Saya masih ingat sekali saat saya hanya diberi waktu sekitar 5 menit untuk mempresentasikan jasa konsultasi saya kepada beliau didalam lift, mungkin pak Dahlan Iskan takut juga saya cekek jika tidak diterima… “ ujar mas Sandi sambil tersenyum bercanda pada sebuah kesempatan.
( Tim Redaksi )
Artikel ini pernah ditayangkan di majalahceo.co.id, dengan judul Memuliakan Ibu, Rahasia Sukses Sandiaga Uno