Kisah Nyata 1939 : Hasan Ligat Menebas Dua Serdadu Belanda  

Catatan Arif Andepa Edisi : Ketujuh

Kontrol kolonial Belanda dan Hasan bersama rekannya berkesimpulan lebih baik menetap di medan ketimbang pulang ke Aceh.

Mereka takut ketahuan sama kolonial Belanda akan ditangkap dan dikembalikan ke Nusakambangan karena semuanya berstatus nara pidana seumur hidup .

Mereka tinggal berpencar di Medan dan sebulan sekali berkumpul untuk tukar informasi sambil memantau situasi di Aceh .

Kemudian masing-masing mencari pekerjaan untuk menopang hidup mungkin nanti ada yang bernasib mujur.

Setelah berbulan -bulan menetap di Medan ternyata benar ada diantara rekan yang hidupnya sudah mulai lumayan.

Setiap rapat bulanan Hasan selalu menyampaikan kepada rekannya bahwa marilah semuanya tak henti bersyukur kepada Allah.

Kita masih diberikan kesehatan, kesempatan, kebebasan, kekuatan mengarungi dua selat, kekuatan berjalan kaki antar pulau, kekuatan menahan dahaga hingga kita sekarang sudah berada di Medan dan sedikit lagi sampai ditanah kelahiran.

Semua kita mengharapkan semoga dapat berkumpul kembali dengan keluarga. Sebenarnya Hasan ingin cepat pulang tetapi situasi dan kondisi ( Sikon) mengharuskan untuk tinggal di Medan sambil memantau situasi di Aceh.

Habibah ( Isteri Hasan ) hampir dua tahun berjualan sayur dipasar kota sigli namun kedekatannya dengan tgk Hanafiah sudah tercium luas akhirnya Habibah menyampaikan kepada ibu Mertuanya dan perangkat gampong bahwa dia ingin memasah suaminya karena vonis hukuman seumur hidup dan di pindah ke Nusakamba ngan.

Atas dasar kondisi tersebut keluarga Hasan tidak mungkin membantah akhirnya hubungan Tgk. Hanafiah dengan Habibah resmi menjadi keluarga yang sah, tiga bulan setelah ………Bersambung .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *