OPINI  

Pemerintah Harus Tegas Bubarkan Organisasi Berkedok Agama Tetapi Merusak Tatanan Kehidupan Berbangsa

Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn

Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn

 

Belakangan ini di berbagai media sosial beredar ulah oknum bersorban yang menggunakan jubah agama hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Agama, atau ajaran tertentu dari agama, telah disalahartikan dan disalahgunakan (used and abused). Penyalahgunaan agama itu terkait dengan kepentingan politik, ekonomi, dan kontestasi lain di antara kelompok masyarakat atau komunitas berbeda.

Perilaku atas nama agama bukanlah orang atau kelompok yang dikenal sebagai pengamal agama yang taat dan bahkan banyak di antara mereka tidak memahami agama dengan benar. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan berpotensi merusak tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Apa yang terjadi belakangan ini dengan hiruk pikuknya tentang klaim dari oknum bersorban yang mengaku zuriah nabi sudah sangat jelas dan terang, bahwa apa yang telah dilakukan oleh para oknum tersebut dari masa ke masa mengikis jati diri bangsa Indonesia yang dapat menghilangkan sejarah Bangsa Nusantara.

Seperti yang dikatakan gubernur Jabar terpilih Kang Dedi Mulyadi dalam pidato umumnya yang beredar di media sosial, bahwa luar biasanya bangsa asing bersorban yang terus menerus menceritakan kehebatan leluhurnya, kealiman leluhurnya sehingga seperti Bangsa Nusantara ini Wabilkhusus yang beragama Islam seperti tidak memilki jati diri dan ketaqwaan kepada Allah SAW, padahal menurut beliau Leluhur Bangsa Nusantara lebih hebat dan lebih taqwa kepada Allah ketimbang mereka para oknum yang selalu membesar besarkan cerita leluhurnya tetapi untuk kepentingan cari makan di bumi Pertiwi ini.

Kehebatan ajaran leluhur Nusantara dalam sejarahnya yang panjang bisa dilihat dari berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Masyarakat Nusantara zaman dahulu dikenal dengan kearifan lokal mereka, sistem sosial yang kokoh, serta kemampuan navigasi dan perdagangan yang luar biasa.

Masyarakat Nusantara mempunyai sistem sosial yang terstruktur dengan baik. Kerajaan-kerajaan yang berdiri di Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Mataram, memiliki sistem pemerintahan yang kompleks dan efisien. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempersatukan wilayah yang luas dengan beragam suku dan tradisi. Ajaran-ajaran lokal menekankan pada konsep musyawarah dan mufakat, mencerminkan semangat demokrasi dalam pengambilan keputusan.

Budaya Nusantara yang unik terlihat dalam banyak hal, termasuk bahasa, sastra, seni, dan arsitektur. Masyarakat Nusantara juga dikenal toleran terhadap keanekaragaman agama dan kepercayaan. Mereka menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai, sebagaimana terlihat dalam masyarakat Bali, yang mayoritas Hindu, berbaur dengan masyarakat Muslim, Kristiani, dan kepercayaan lain di Indonesia.

Cara dakwah oknum bersorban, dalam prakteknya telah diwarnai dengan cara-cara yang tidak beretika, jauh dari apa yang diajarkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW.

Rasulullah mengajarkan umatnya untuk berdakwah dengan cinta kasih.  Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan kasih sayang, mengajarkan umatnya untuk menyayangi siapa pun yang ada di muka bumi.

Rasulullah juga mengajak umatnya untuk membangun masyarakat yang diwarnai dengan semangat kasih sayang, cinta mencintai, tolong menolong, harmonis, dan menjaga persaudaraan. Selalu melihat sisi terbaik orang lain, berbicara dengan sopan dan sabar.

Sudah saatnya  umat Islam bangkit bersama menolak semua aliran sesat yang dibawa orang asing yang dapat menggerus sejarah dan perjuangan Bangsa Nusantara yang sesungguhnya dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

Seperti yang berpuluh tahun terjadi di hampir semua tatanan kehidupan umat Islam dengan menyebarkan dakwah kosong dengan mengaku zuriah Rasulullah dan mengubah makam leluhur Islam Nusantara serta merubah trah para wali hingga pahlawan Nusantara yang selalu di gembar gemborkan turunan mereka orang asing bersorban yang numpang hidup di bumi Pertiwi ini.

Kita sebagai Bangsa besar yang berkulit sawoh matang, dan hidung tidak mancung tetap harus menjaga jati diri Bangsa Nusantara yang bersatu dan berdaulat tidak terpengaruh oleh ocehan dongeng leluhur bangsa asing yang jualan agama, tetapi berpegang teguh dengan sejarah Bangsa nya sendiri dengan garis turunan Nusantara yang berbudaya Nusantara dari semua suku dan budayanya bukan dari para orang asing penjual agama tersebut.

Kekayaan ajaran leluhur Nusantara merupakan bukti kehebatan mereka dalam membangun masyarakat yang maju, aman, dan sejahtera. Warisan ini tetap relevan dan menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai tantangan di era modern.

Ajaran leluhur Nusantara yang arif dan bijaksana ini, jangan sampai dirusak oleh ulah oknum bersorban yang tidak tahu malu dan tidak punya etika.

Pemerintah harus tegas bubarkan organisasi yang berkedok agama tetapi ingin merusak tatanan kehidupan Bangsa Nusantara NKRI untuk persatuan dan kesatuan seluruh umat Nusantara tanpa ada campur tangan Bangsa asing yang ingin merusak,memecah dan ingin menguasai bumi Pertiwi ini lewat siar Agama yang menyesatkan.

 

*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia

banner 400x130 banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *