OPINI  

Jangan Terkecoh Dengan Propaganda Oknum Habib

Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn

Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn

Kisah perdebatan tentang Dzuriah Rasulullah yang terus bergulir hingga saat ini dapat dijadikan kaca mata tajam bagi umat Islam Nusantara yang mungkin selama ini terdoktrin dengan paham agama yang dibawakan oleh para oknum penjual Dzuriyah Rasulullah yang seolah benar tapi tidak fakta ini membuat para pengikutnya hidup dalam kegelapan kemajuan hidup.

Si’ar yang dilontarkan dengan para oknum yang seolah ulama benar menjadikan para pengikutnya terbuai dalam suatu halusinasi agama yang dijanjikan surga sehingga tidak dapat berpikir logik menyeimbangkan kebenaran agama seperti yang di si’arkan oleh Rasulullah yang diteruskan dinusantara ini oleh para Wali yang berjuluk wali songo, yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan Nusantara dengan penuh kearifan, kebijaksanaan dan kesantunan seperti ajaran Rasulullah yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.

Bangkitnya para kyai dan ulama Nusantara serta trah para wali saat ini telah membuka cakrawala umat Islam di Nusantara baik itu secara offline maupun secara online, bahwa apa yang selama ini di klaim oleh para oknum penjual agama dengan dalih Dzuriah nabi itu tidak benar sama sekali, berdasarkan fakta catatan sejarah Islam maupun hasil dari penelitian kyai Imaduddin yang hingga saat ini masih terus jadi perbincangan publik dikalangan para tokoh Agama islam Nusantara yang benar maupun oknum pengaku Dzuriah Rasulullah.

Hal ini hendaknya menjadi satu acuan seluruh umat Islam dinusantara untuk bangkit bersama meluruskan kebenaran tersebut.

Tiada Dzuriah Rasulullah yang memiliki Akhlak tidak baik yang seperti selama ini dilakukan oleh para oknum pendakwah dengan bahasa kasar dan provokatif serta ngibul untuk mencara keuntungan hidup dari jual agama.

Dengan menumpang pada kemuliaan Nabi Muhammad SAW, beberapa individu yang mengklaim sebagai keturunan beliau telah memanfaatkan citra tersebut untuk meraih keuntungan dari sebagian umat Islam.

Mereka berusaha untuk dianggap sebagai sosok terhormat dan mulia, menggunakan sebutan seperti Syariff, Sayyid, atau Habib. Pada masa Kekaisaran Ottoman di Turki, banyak individu dari Timur Tengah yang sebelumnya hidup dalam kemiskinan melakukan migrasi ke Turki. Di sana, mereka berupaya memperoleh keringanan pajak dari Kekhalifahan Ottoman dengan cara membeli atau memalsukan identitas untuk mendapatkan gelar Sayid.

W. C. van den Berg, seorang peneliti dan penulis pada zaman Hindia Belanda, mencatat bahwa orang-orang Arab yang berlayar ke Indonesia sering kali mengubah nama mereka saat dicatat di atas kapal. Hal ini membuka kemungkinan bahwa beberapa individu mengganti namanya agar terkesan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, mengingat pada masa itu belum ada sistem kartu identitas yang dapat memverifikasi identitas.

Sebagai contoh, seseorang bernama Umar Thoyib dapat saja mengubah namanya menjadi Usman Shihab saat naik kapal di zaman Hindia Belanda. Dari pernikahan Usman Shihab ini lahir Berizieq Shihab, dimana kemudian identitas yang tidak valid ini terus diwariskan oleh keturunan mereka menjadi marga Shihab di Indonesia.

Akibatnya, keturunan orang-orang Arab dari Yaman yang menggunakan identitas seperti Sayid atau Habib ini mungkin merasa sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Pada masa Hindia Belanda, tanpa adanya kartu identitas, sulit untuk melacak dan mengungkap identitas asli mereka. Dengan demikian, maka para Habib yang ada saat ini bukanlah keturunan Rasulullah SAW dari nasab manapun. Tidak ada yang dapat memastikan, termasuk para Habib itu sendiri, apakah moyang mereka benar-benar berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW atau mungkin seorang Yaman yang mengaku sebagai Habib untuk mendapatkan penghormatan dari rakyat di Nusantara.

Allah SWT menjaga lisan Rasulullah yang selalu berbicara dengan santun, begitu juga dengan keturunan beliau. Bahkan, Allah SWT melindungi lisan dari keturunan beliau yang masih ada, seperti Raja Abdullah II dari Yordania, yang telah terbukti secara genetik.

Oleh karena itu, jika ada cucu cicit Rasulullah yang mengaku Habib namun memiliki perilaku buruk, maka dia bukanlah cucu cicit Rasulullah! Meskipun beberapa Habib di Indonesia bersikeras bahwa mereka adalah keturunan Rasulullah SAW, maka untuk menghilangkan keraguan masyarakat terhadap kehabiban mereka, sebaiknya dilakukan tes DNA. Dengan cara ini, kita dapat mengetahui apakah mereka benar-benar merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW atau malahan keturunan penumpang kapal yang berganti nama.

Dalam menyampaikan syiar agama Islam Rasullullah menyampaikan dengan santun dan penuh cinta kasih. Tidak seperti oknum Habib yang menyampaikan dakwah dengan provokasi, kasar, dan tidak mengindahkan adab dan budaya luhur yang dimiliki bangsa ini.

Mari kita jernih dan cerdas, jangan terkecoh dengan propaganda oknum Habib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *