OPINI  

Perspektif WNI tentang Agama dan Demokrasi di Spanyol

Nurul Aisyah, M.Pd., (Cd) PhD.

(Dosen PAI-FAI UMY/studi doktor di Universidad de Valladolid Spanyol)

Artikel ini merupakan ringkasan hasil riset penulis dengan beberapa WNI, yang sebagian dari mereka juga sedang studi lanjut bersama penulis di Spanyol (Spain). Riset tersebut juga kerjasama dengan dosen senior di UMY. Semoga hasil riset ini bermanfaat, sebagai bahan perbandingan untuk pengembangan demokrasi di Indonesia, di masa depan.

Secara spesifik riset di Spain ini bertujuan untuk memetakan berbagai perspektif WNI yang ada di Spain tentang relasi agama, pendidikan dan Demokrasi di Spain era kontemporer. Yakni tentang pemahaman mereka terkait relasi agama  dan demokrasi era Spain kontemporer. Juga tentang tantangan, hambatan maupun aspek relasi positif agama di Spain dengan demokrasi serta peluang bagi pengembangan relasi positif agama dan demokrasi di Spain di masa depan.

Riset kualitatif ini focus pada analisis tentang sejauhmana edukasi tentang integrasi nilai-nilai keagamaan dan demokrasi yang terjadi di Spain terutama pada era kontemporer. Spain yang 84,7% penduduknya berbahasa Spanyol, 51% diantaranya menganut agama Kristen Protestan, 44% Katolik dan sekitar 5% tidak beragama. Adapun sistem pemerintahannya bersifat Unitary Parliamentary Constitutional. Spain dipimpin oleh Raja, Perdana Menteri dan Wakil PM, juga Majelis Tinggi Senat dan Rendah. Jumlah penduduk sekitar 48,3 juta jiwa. Spain juga termasuk anggota Uni Eropa yang penduduknya ramah seperti Indonesia.

Riset ini akan menggali tentang bagaimana sebenarnya dinamika edukasi terkait integrasi nilai keagamaan dan demokrasi di Spain era kontemporer. Konsep Demokrasi yang notabene berasal dari dunia Barat (AS) tentu memiliki weltanschaung tersendiri yang memiliki perbedaan di kawasan Eropa, khususnya Spain. Riset ini menggali bagaimana sebenarnya edukasi nilai keagamaan dan demokrasi warga Spain – menurut pandangan WNI.

Demikian pula tantangan dan hambatan apa saja yang dialami warga Spain dalam melakukan harmonisasi paham keagamaan mereka dengan perjalanan demokrasi saat ini di Spain. Dengan riset ini diharapkan para peminat pendidikan agama dan demokrasi dapat melihat sejauhmana dinamika dan prospek integrasi nilai agama dan demokrasi di Spain era kontemporer.

Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa: (1) Secara umum warga Spanyol berjiwa demokratis dan terbiasa mengemukakan pendapat di ruang publik, baik melalui demo, dan lain-lain. (2) Warga Spanyol juga sangat menjunjung tinggi nilai keadilan yang diantaranya mereka memiliki komitmen untuk mendukung kemerdekaan Palestina. (3) Spanyol juga memiliki tradisi pemilihan wakil rakyat secara periodic. (4) Mayoritas warga Spanyol juga menghormati agama lain.

Kecuali kelompok kanan yang agak negatif memandang agama lain, terutama Islam. (5) Spanyol juga memiliki beberapa partai politik untuk penyaluran aspirasi rakyat. (6) Warga Spanyol memiliki pandangan bahwa agama bagian dari keyakinan (Kristiani). Namun Sebagian warga Spanyol menilai bahwa agama hanya bagian dari tradisi atau budaya. (7) Keluarga Spanyol sejak dini umumnya juga mengajarkan nilai agama.

Namun di ruang public, nilai budaya yang demokratis lebih dominan ketimbang agama. (8) Spanyol kini mengalami fenomena ateisme dan LGBT, serta menurunnya tradisi ritual ke gereja, terutama di kalangan kaum muda. (9) Warga Spanyol beranggapan bahwa nilai keadilan berbasis pada agama. Namun yang lain menilai bahwa keadilan lebih berbasis pada budaya. (10) Sebagian warga Spanyol menilai bahwa yang termasuk menghambat jalannya demokrasi adalah: politisasi agama oleh politisi. Sebagian warga lainnya ada pula yang bersikap rasis terhadap pemeluk agama lain, terutama Muslim. (11) Di sisi lain, sebagian imigran Muslim juga bertindak negatif di Spanyol yang menimbulkan sikap Islamophobia bagi sebagian warga Spanyol. (12) Sebagian warga Spanyol yang lain (terutama aliran kiri) banyak juga yang menganggap bahwa Islam merupakan bagian dari warisan budaya Spanyol juga. (13) Untuk lebih memajukan demokrasi di Spanyol, ke depan perlu lebih ditingkatkan aspek dialog secara positif dan humanis antarbudaya dan dialog antaragama, antara kaum Kristiani dengan Muslim.

Dari fenomena relasi dan demokrasi dan agama di Spain ini dapat menjadi bahan pengayaan pendidikan politik berdemokrasi di Indonesia. Belajar dari pengalaman demokrasi di Spanyol, bangsa Indonesia perlu lebih meningkatkan interaksi social yang positif antarsesama warga bangsa yang berbeda, juga menghilangkan sentimen antikeagamaan, hidup harmoni. Juga terus mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan keagamaan yang dialogis, humanis dan terbuka, sejak di keluarga, hingga sekolah dan ruang pubik lainnya. Wallahu a’lam bisshawab.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *