Penggiling Padi Buatan Lokal Marak, Bangkit Solusi Tepat Mengapa Tidak

Penggiling Padi Buatan Lokal Marak, Bangkit Solusi Tepat Mengapa Tidak

Bireuen, Nusantaranews. co – “Kami biasa memanfaatkan penggiling padi berjalan yang masuk ke kampung,” kata Abu Ibrahim dan Rizal, pegiat persawahan di Kawasan Cot Batee Kecamatan Kuala, Bireuen.

“Alasannya, ya cukup efektif dan efisien lah, tinggal tunggu di rumah, mereka datang,” lanjut Abu yang mengumpulkan  ” Dabeeh”  (Pengumpulan padi ) yang baru panen padi di sana.

“Upahnya cukup berdamai, yakni dengan membayar dalam bentuk beras hasil gilingan,” ungkap Bang Rizal.

Disebutkan,dalam 10 kilogram beras hasil gilingan, pemilik mesin mendapat 1 kilogram, sedangkan dedaknya sebagai upah menjemur,” sambungnya.

“Kita patut memberi apresiasi terhadap inovasi masyarakat ini,” ujar Prof Darusman Rusin, guru besar Fakultas Pertanian USK.

“Ini merupakan solusi yang saling menguntungkan, motor mesin ini pun buatan bengkel-bengkel milik masyarakat, terutama di daerah Bireuen dan sekitarnya,” tambahnya.

“Iya, kita patut bangga, masyarakat pertanian  mencari solusi sendiri, namun kita tidak bisa membiarkan tanpa bimbingan juga,” komentar Dr Heru, ahli pasca panen dari Fakultas Pertanian USK.

“Minimal ada arahan tentang kadar air masa penggilingan sehingga beras tidak patah bahkan hancur,” pungkas lelaki yang suka berbagi ini.

Artinya, sebahagian masyarakat petani, khususnya petani sawah, sudah mampu mencari solusi sendiri. Semoga semakin banyak solusi bagi kelompok produktif untuk mengatasi hambatannya. Amin.***

Saduran : Razuardi Essek

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *