NUSANTARANEWS.co, Donggala – Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Masyarakat, Pemerintah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah berupaya memperbaiki tata kelola produksi pengrajin kain tenun di Donggala.
“Festival Tenun Donggala kali ke-II ini, di harapkan dapat membantu peningkatan ekonomi masyarakat yaitu tata pengelolaan produksi kain tenun diupayakan berjalan lebih baik ke depannya,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Donggala Rustam Efendi di arena Festival Tenun Donggala.
Dijelaskannya, Kabupaten Donggala mendapatkan bantuan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank Sulteng sebesar Rp.600 juta untuk digunakan sebagai bantuan permodalan bagi kelompok pengrajin tenun Donggala.
“Dana CSR ini digunakan sebagai modal usaha untuk pembelian bahan-bahan pembuatan kain tenun Donggala, seperti benang dan pewarna. Selain itu, untuk meningkatkan produksi kain tenun Donggala agar dapat memenuhi permintaan pasar yang semakin besar,” Terang Rustam.
Selama ini lanjut Sekda yang baru menyandang status seorang Haji ini menyatakan, para petenun mencari modal sendiri untuk membeli benang dan bahan-bahan lainnya. Kemudian mereka bekerja seperti mewarna benang, lalu dipintal dan selanjutnya ditenun. Setelah jadi kain sarung dan laku terjual, para pengrajin membeli lagi bahan-bahan, metode kerja seperti ini sangat tidak produktif.
Menurut Rustam, dengan tata kelola produksi kain tenun Donggala yang tidak berkesinambungan seperti itu akan menghasilkan produktifitas rendah dan sangat lamban, sehingga ketika permintaan pasar meningkat, stok tidak tersedia dan para pengrajin juga kewalahan menerima pesanan.
“Ketakutan kami adalah stok tidak dapat di penuhi, sebagai contoh Pemkab Donggala sendiri mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari kain tenun Donggala setiap hari Kamis yang jumlahnya berkisar lima ribu orang. Belum lagi permintaan atau pesanan dari berbagai lembaga dan institusi lainnya ataupun personal,” katanya.
Rustam berharap dengan bantuan yang diberikan bagi 200 pengrajin tenun sarung Donggala di Kecamatan Banawa Tengah ini, bisa mengembangkan usaha tenunnya. Jadi tidak ada lagi istilah petenun hanya kerja sampingan atau nyambi mengisi waktu luang, mereka akan berprofesi sebagai pengrajin tenun berbasis industri rumah tangga dan meningkatkan ekonomi dengan hasil produksi yang semakin besar.
“Bila setiap orang petenun dapat menghasilkan satu lembar kain per bulannya, dia berharap ke depannya para pengrajin tenun sarung Donggala dapat menghasilkan tiga lembar kain tenun. Jadi bila di akumulasi dengan jumlah pengrajin 200 orang produksi kain tenun Donggala setiap bulan mencapai 600 lembar kain sarung Donggala dengan berbagai macam corak, warna dan motif,” Terangnya.
Ke depan untuk memaksimalkan hasil produksi tenun sarung Donggala kata Rustam menegaskan, para pengrajin ini nantinya akan di bagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemintal, penenun dan penjual sehingga tata kelola produksi menjadi lebih baik dan secara ekonomi perputarannya semakin cepat. Jumlah produksi meningkat guna memenuhi kebutuhan pasar lokal, Nasional hingga pasar manca negara.
“Festival Tenun Donggala untuk mempromosikan dan melestarikan kain tenun Donggala, pihak pemerintah setempat juga membuka pendidikan non formal atau sekolah vokasi bagi para remaja putri untuk belajar menjadi penenun,” Pungkasnya.
Secara terpisah Asma, salah seorang petenun yang menekuni pekerjaan tenun lebih dari 20 tahun merasa terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah. Kami terbantu dalam permodalan dan berharap Pemerintah Daerah Donggala selalu memperhatikan kesejahteraan penenun.
Tim Liputan Strateginews.Id