OPINI  

Tahu Terima Kasih Bagian Dari Moral yang Teruji

Veri Kurniawan

 

Catatan Veri Kurniawan

Tahu diri atau tahu terimakasih adalah dua kata yang sangat pendek dalam tulisan, apalagi dalam sebuah ucapan. Namun terkadang hal tersebut berat untuk dilakukan dengan hati yang tulus.

Butuh komitmen dan keberanian diri yang kuat untuk berdiri pada prinsip ” saya tahu diri, saya tahu terima kasih”. Sekecil apapun kebaikan orang lain pada diri kita, maka berpikirlah kembali saat kita ingin menciderai kebaikan orang lain yang pernah memberikan peran positif dalam hidup kita.

Penulis contohkan ibarat pejabat membagikan ” roti ” pada 10 orang. Saya yakin dari jumlah tersebut ada prioritas, karena hidup itu ada prioritas dan tidak mungkin semua diprioritaskan. Dari 10 orang ada 3 merasa kurang dengan roti yang ia terima dari si pejabat, lalu 3 orang tersebut bermain konflik agar mendapatkan tambahan ” roti “.

Cara – cara yang terstruktur, sistematis pun disusun dan dijalankan oleh 3 orang tersebut. Dengan menyuarakan anda salah, anda jahat, anda korup dan seterusnya. Namun latar belakang dari ucapan atau kata – kata tersebut adalah penantian tambahan ” kue ” dari sang pejabat.

Tidak menjadi masalah dengan hal tersebut, karena setiap manusia punya akal, pikiran, dan rasa yang berbeda – beda dan sama – sama memiliki hak.

Namun layak kah masyarakat pada umumnya mendengar suara lantang para peminta ” kue ” yang lebih dengan membawa nama kemanusiaan? Itu semua kembali pada diri kita masing – masing.

Pejabat tidak harus terlena dengan banyaknya stok kue yang ada di lemari es nya. Utamakan yang benar – benar datang dengan cara yang baik dan santun dan memiliki pemahaman yang sama untuk keberlanjutan, bukan sepaham hanya saat pembagian ” roti” saja. Jangan juga berpaku pada 10 orang tersebut, diluar juga ada yang ingin mendapat ” roti ” dengan cara yang lebih tepat dan saling mengerti.

Pejabat jangan berorientasi pada kuantitasnya peminta ” roti ” saja. Namun juga perhatikan kualitas dengan beberapa indikator dalam sebuah tim untuk membagi ” roti” tersebut.

Bagi peminta ” roti” harusnya juga lebih sama – sama paham. Jika memang kurang bagian ” roti ” maka carilah dengan cara yang tepat. Tidak dengan cara bermain konflik yang pada akhirnya menimbulkan sebuah percikan dan menyebar kemana – mana.

Siapa yang dirugikan? Yang dirugikan semua orang yang berkomitmen untuk mendapatkan ” roti ” itu juga. Pandai – pandai lah bersyukur dan berterima kasih.

Note: Kali ini peperangan dilakukan oleh golongan singa, kancil, dan gajah. Namun pada saatnya nanti si semut kecil yang akan membuat gerakan tak terduga.

 

banner 1600x820

Respon (1)

  1. Orang seperti itu di selesaikan saja,agar tidak arogan dan merasa yang paling benar,saya kawatir orang seperti itu sebenarnya paling banyak mendapatkan proyek dari birokrasi. Saya siap di mintai tolong untuk melaksanakan dan siap dengan segala konsekwensinya,sebab saya orang dari pelosok desa yang miskin pengetahuan dan tidak ada beban karena tidak pernah tahu proyek,karena tidak ada yang kenal dengan para pejabat birokrasi. Tetapi kalau nama saya dan alamat saya mau di publikasikan tidak ada masalah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *