Catatan Arif Andepa Edisi : Kedua
Hasan mendengar suara panggilan dari bundanya tetapi Hasan tidak mau menoleh karena hatinya tak sanggup memandang wajah bundanya, tak sanggup membendung rasa rindu pada bundanya.
Hasan terus melangkah dengan tangan diborgol dan diapit oleh beberapa pengawal ke gerbong kereta api diberangkat kan dari Sigli – Pidie menuju Banda Aceh, kemudian diteruskan ke Nusakambangan melalui jalur laut.
Setibanya di Nusakambangan Hasan dijebloskan dalam ruang tahanan bawah tanah selama enam bulan tidak pernah melihat sinar matahari.
Sejak ditahan dan ditempatkan di dalam penjara dipengasingan, Hasan selalu berperilaku baik, patuh, pendiam dan mengikuti apa saja perintah sipir, setelah menjalani hukuman bawah tanah Hasan dipindahkan ke dalam sel kurungan bersama para tahanan lainnya dan setiap hari dibebani kerja paksa membelah batu dan batu tersebut tidak digunakan hanya untuk membuat para tahanan jera.
Para tahanan di Nusakambangan berasal dari berbagai daerah, semuanya berstatus hukuman seumur hidup dan tidak akan dikembalikan ke tempat asal.
Hari berganti bulan Hasan bersama ratusan nara pidana lainnya selalu dipaksakan bekerja membelah batu akhirnya bertemulah dengan puluhan tahanan dari Aceh, mareka sudah duluan menjalani hukuman tetapi pertemuan tersebut tidak sempat berbicara panjang lebar karena mereka selalu dalam pengawasan .
Namun demikian sambil membelah batu mata Hasan selalu memandang ke segala arah mencari cara agar bisa lari keluar dari pulau derita karena Hasan sangat teringat pada bunda, Johan dan isterinya karena usia perkawinan Hasan dengan Habibah sudah tiga tahun namun ALLAH belum memberi momongan, bagaimana nasib Habibah sepeninggalan suaminya ? …… Bersambung .











