Intisari Kajian Ustadz Najmi Umar Bakkar: Dosa Orang Tua Kepada Anak

“Bukan Hanya Anak” Yang Bisa Durhaka pada orang tua, tapi orang tua juga bisa “berbuat dosa” kepada anaknya. Kondisi orang tua tidak selalu benar, bahkan ada beberapa dosa orang tua terhadap anak yang harus mereka hindari, diantaranya :

(01). Tidak mengajarkan kepada anak tauhid & aqidah yang benar, sehingga mereka terjerumus kepada dosa syirik

(02). Tidak mengajarkan anak berbagai ibadah yang sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ, sehingga mereka pun melakukan perkara-perkara yang termasuk bid’ah

(03). Melarang anak untuk melakukan berbagai kewajiban-kewajiban dalam agamanya

(04). Selalu membiarkan anak-anak dalam kemungkaran dan kemaksiatan, seperti merokok, terbukanya aurat, bergaul dengan teman-teman yang buruk dll

(05). Tidak mau mencarikan untuk anak sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang sesuai sunnah, yang mengajarkan aqidah yang lurus, akhlak yang mulia dll

(06). Tidak mengajak anak untuk datang ke majelis ilmu yang sesuai dgn sunnah

(07). Tidak memberikan “NAFKAH” dari Rezeki Yang Halal. Karena dengan harta yang haram maka anak akan cenderung bermaksiat & semakin jauh dari agama

(08). Membongkar aib atau kesalahan anak dengan ghibah kepada orang lain

(09). Menegur serta menasihati anak tidak dilakukan secara privat/rahasia (berdua), tetapi justru di depan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati & juga dendam pada anak

(10). Tidak memberikan contoh teladan dalam perkataan dan juga perbuatan

Orang tua harus menjadi potret nyata dalam melaksanakan kebaikan serta menjauhi larangan. Anak akan sangat terpengaruh oleh sikap serta perilaku orang tuanya. Jika kedua orang tuanya adalah orang yg shalih maka perilaku & akhlak anak akan berusaha menyerupai orang tuanya.

(11). Memanjakan & juga memberikan kasih sayang secara berlebihan

Sikap ini akan mengakibatkan anak pun berbuat sesukanya dan menuruti semua yang diinginkannya “tanpa” ada orang yg melarangnya. Maka orang tua terkadang harus bersikap “TEGAS dan Berwibawa”, supaya jiwa anak Tidak Berkepanjangan dalam kenakalan dan penyimpangannya

(12). Tidak mengawasi dengan benar

Tidak memantau ataupun mengawasi aktivitas anak, terutama dalam situasi yang berpotensi berbahaya. Kurangnya pengawasan dapat meningkatkan risiko kecelakaan, cedera, atau yang lainnya.

(13). Telah menyia-nyiakan anak

Mungkin karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja dll sehingga anak merasa kurang mendapatkan perhatian dan juga “kehangatan emosional” dari orang tua. Setiap orang tua itu wajib menyediakan waktu & kasih sayang untuk anak2nya.

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa karna dia telah menyia-nyiakan orang yg Berada Di Bawah Tanggung Jawabnya”

(HR. Abu Dawud, An-Nasaa’i & Al-Hakim. Hadits dari Ibnu ‘Amr, Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 1965)

“Setiap kalian itu adalah “pemimpin” dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829, hadits Ibnu ‘Umar)

(14). Tdk memberikan kebutuhan dasar

Orang tua wajib memenuhi kebutuhan dasar anak; seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yg layak untuknya.

(15). Bersikap kasar / menghina anak

Saat perilaku anak tidak disukai, maka jangan tunjukkan sikap ‘kasar & keras’. Hendaknya menasihati dengan lembut & penuh dgn ‘kasih sayang’. Janganlah menghina, mengejek dengan Sebutan² yang buruk dan memanggil nama yang “tidak sesuai” dengan nama anak, atau “menertawakan kelemahannya”.

Anak akan terluka, dan hatinya merasa sakit, dan dapat merusak harga dirinya. Apalagi jika melakukan kekerasan fisik dengan memukul, menampar, atau pun dgn tindakan kekerasan lainnya. Karna itu dapat meninggalkan trauma jangka panjang & juga cedera fisik pada anak.

(16). Pilih kasih terhadap anak-anak

Tidak Boleh “Membeda-Bedakan” antara 1 anak dengan anak yang lain dalam hal “Pemberian, Hadiah dan Kasih Sayang”. Sikap pilih kasih ini bisa Menumbuhkan Kecemburuan, Kedengkian & Kebencian di antara anak-anak. Serta menciptakan jarak & konflik hubungan antar saudara.

(17). Mengabaikan pendapat anak

Orang tua merasa lebih Tahu segalanya dan akhirnya Tidak Mau Mendengarkan “Suara Anak”. Padahal mendengar serta memahami isi hati mereka bisa menjadi “Kunci” untuk membangun kepercayaan dan “kedekatan”. Anak-anak yang sering diabaikan merasa “Tidak Dihargai” yang pada “Akhirnya’ dapat membuat mereka semakin menjauh atau memberontak.

(18). Suka mem-banding2-kan anak

Setiap anak diciptakan dgn kelebihan & kekurangan masing-masing. Kebiasaan membandingkan anak dengan saudara atau teman sebayanya “Mungkin” ingin dimaksudkan sebagai motivasi, namun justru itu bisa “melukai” perasaan anak. Anak merasa “rendah diri” karena terus Dibanding-Bandingkan tanpa diberikan “Penghargaan Atas Usahanya”. Dirinya akan tumbuh menjadi orang yang tidak “percaya diri” dan merasa tidak mampu melakukan sesuatu padahal tdk semua orang memiliki kemampuan yang sama bahkan pada anak kembar sekali pun.

(19). Memaksakan kehendak kpd anak

Memaksa anak utk mengikuti keinginan ataupun ambisi pribadi orang tua, tanpa melihat “potensi & minat” mereka, maka ini bisa menimbulkan “tekanan mental”, Kekecewaan, Stres, serta Konflik antara orang tua dan anak. Tugas orang tua itu “membimbing dan memberikan arahan”, agar anak berkembang dengan bahagia.

(20). Mendoakan keburukan anak

Kadang orang tua tdk sadar mendoakan keburukan pada anak, apalagi saat anak tidak mau menurut, atau berkelakuan yg tidak baik, atau tidak mengerti apa yang Telah Diperintahkan, atau ketika si anak dapat musibah karena perbuatannya dll. Sebagai orang tua terlebih ibu, apa yang diucapkan dari mulut ‘bisa saja’ menjadi doa dan lebih mudah untuk dikabulkan.

(21). Overprotektif kepada anak

Melindungi anak adalah fitrah orang tua tapi jika Berlebihan dengan mengekang “kebebasan” si anak sehingga membuat geraknya terbatas, maka bisa membuat anak “Kehilangan Kepercayaan Diri” dan kemandirian. Anak yang terlalu dibatasi akan kesulitan beradaptasi & juga takut untuk mengambil keputusan.

(22). Tidak memilihkan calon pasangan hidup yg baik utk kebahagiaan anak²nya

(23). Suka intervensi/ikut campur dalam urusan perkara rumah tangga anak2nya

(24). Menyuruh anak untuk menceraikan “pasangannya” tanpa ada sebab yg syar’i

(25).Tdk Mau memperbaiki anak Setelah mereka “menikah”. Karena merasa Tidak ada lagi “kewajiban” bagi orangtua untuk menasehati, dan menjaga anak-anaknya

[diana]

banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *