NUSANTARANEWS.co, Subulussalam – Seminar sehari pemajuan kebudayaan yang digelar di Pusat Pelatihan dan Perdesaan Swadaya, Desa Suka Makmur, Kamis (11/9/2025), menghadirkan perwakilan 13 etnis serta komunitas seni budaya di Kota Subulussalam. Acara ini difasilitasi oleh Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) Aceh.
Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Subulussalam, Habibuddin, menegaskan bahwa sejak 5–7 tahun lalu pihaknya sudah mengusulkan pembangunan Rumah Adat 13 Etnis sebagai simbol persatuan.
“Rumah adat ini cita-cita lama kami. Tujuannya sebagai pemersatu seluruh etnis di Subulussalam. Di setiap rumah adat nantinya akan terdokumentasi dan terinventarisasi adat, budaya, dan kearifan lokal yang ada,” ujarnya.
Habibuddin juga sepakat dengan pernyataan Dedy Rogandy dari komunitas budaya, bahwa hingga kini pemajuan kebudayaan di Subulussalam lebih banyak digerakkan komunitas, bukan pemerintah.
“Pemerintah seakan tidak hadir. Komunitas yang bekerja sendiri melestarikan dan memajukan kebudayaan,” tegasnya.
Sementara itu, Mukim Kemukiman Belegen, Bijak Angkat, menyampaikan kekecewaannya atas minimnya perhatian pemerintah.
“Kami sering mengajukan permohonan bantuan untuk melestarikan budaya, tapi tak pernah ada tanggapan. Padahal kontribusi kemukiman adat Belegen kepada pemerintah kota sangat besar, termasuk hibah tanah untuk kompleks perkantoran,” ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPRK H. Mukmin menyebut keberagaman etnis merupakan kekuatan Subulussalam. Ketua BPKW I, Piet Rusdi, S.Sos, menambahkan bahwa pihaknya bertugas melestarikan kearifan lokal secara berkelanjutan dan menegaskan pentingnya mengaktifkan keunggulan peradaban Islam di Aceh seperti halnya Borobudur untuk Buddha dan Muara Jambi untuk Hindu.
H. Abdul Hamid Padang dari Forum Pembauran Kebangsaan menutup seminar dengan menyampaikan cita-cita besar seluruh etnis di Subulussalam untuk mendirikan Rumah Adat 13 Etnis, layaknya Taman Mini Indonesia Indah.
[Dedi]