NUSANTARANEWS.co, Subulussalam – Seminar sehari pemajuan kebudayaan digelar di Pusat Pelatihan dan Perdesaan Swadaya, Desa Suka Makmur, Kota Subulussalam, Kamis (11/09/2025). Acara ini difasilitasi oleh Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) Aceh dan dihadiri oleh perwakilan 13 etnis/suku, komunitas seni, serta berbagai paguyuban budaya yang ada di Kota Subulussalam.
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Subulussalam, Nasrul Padang, S.Pd, dalam sambutannya menyebutkan bahwa Subulussalam sebagai kota perbatasan dengan Sumatera Utara (Kabupaten Pakpak Bharat) dianugerahi keberagaman etnis yang rukun dan damai.
“Kota Subulussalam menjadi contoh kota multi etnis yang selalu bersatu dalam membangun. Keberagaman ini adalah nikmat sekaligus kekuatan bagi kita,” ujarnya.
Ia juga menyinggung situs makam Syekh Hamzah Fansuri di Desa Oboh, yang telah tercatat dalam Memory of the World UNESCO, sebagai potensi wisata budaya yang patut dijaga dan dikembangkan.
Adapun 13 etnis yang hadir meliputi Aceh, Pakpak, Singkil, Jawa, Alas, Gayo, Batak, Karo, Padang, Mandailing, Melayu, Nias, dan Jame.
Wakil Ketua DPRK Subulussalam, H. Mukmin, dalam kesempatan tersebut menekankan bahwa keberagaman etnis merupakan kekuatan utama Kota Subulussalam.
Sementara itu, Ketua BPK Wilayah I Aceh, Piet Rusdi, S.Sos, menegaskan bahwa pihaknya sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Kebudayaan RI bertanggung jawab langsung terhadap kemajuan kebudayaan di Aceh dan Sumatera Utara.
“Salah satu program inti kami adalah melestarikan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.Salah satu contoh adalah Peradaban Islam di Aceh merupakan yang terbesar di Indonesia. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengaktifkan keunggulan ini, sebagaimana Borobudur untuk Buddha dan Muara Jambi untuk Hindu yang sudah berjalan dengan baik,” jelasnya.
Selain Piet Rusdi dan rombongan, hadir pula Wakil Ketua DPRK H. Mukmin, Anggota DPRK H. Abdul Hamid Padang,perwakilan Majelis Adat Aceh, serta puluhan peserta dari berbagai suku dan komunitas seni budaya di Subulussalam.
Dalam penutupannya, H. Abdul Hamid Padang yang juga mewakili Forum Pembauran Kebangsaan menyampaikan cita-cita besar seluruh etnis di Kota Subulussalam.
“Kami bercita-cita mendirikan rumah adat semua suku di Subulussalam, layaknya Taman Mini Indonesia Indah, sebagai simbol persatuan dan keragaman budaya kita,” ungkapnya.
[dedi]