Perlu Strategi Khusus Gaet Pemilih Muda pada Pemilu 2024

NUSANTARANEWS.co, Jakarta – Dinamika pemilu 2024 kian memanas. Berbagai cara dilakukan oleh capres-cawapres yang akan berkompetisi di Pilpres dan partai politik untuk menggaet pemilih sebanyak-banyaknya, terutama pemilih muda.
Melansir dari ANTARA, Pakar Politik Universitas Gadjah Mada [UGM] Mada Sukmajati menilai, peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden [Pilpres] 2024, memerlukan strategi khusus dalam menggaet suara pemilih muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z karena mereka mudah berubah dalam menentukan pilihan.
“ Mereka gampang sekali berubah pilihannya, bahkan sampai hari pemungutan suara. Tidak seperti generasi sebelumnya yang tingkat keajekan dalam memilih lebih tinggi,” kata Mada di Yogyakarta, Kamis [30/11/2023] dikutip dari Antara.
Mada menyebut, seluruh pasangan kandidat perlu memberikan perhatian khusus terhadap dua generasi itu, sebab, jumlah peserta mereka cukup besar dalam daftar pemilih tetap [DPT] Pemilu 2024.
Berdasarkan data KPU RI, jumlah pemilih generasi milenial mencapai 66.822.389 atau 33,60 persen, sedangkan generasi Z sebanyak 46.800.161 pemilih atau 22,85 persen dari total DPT Pemilu 2024.
Sementara itu jika mengacu hasil survei CSIS, sebanyak 51 persen dari pemilih muda tersebut memiliki karakter moody atau mudah berubah.
Oleh karena itu, sebut Mada, manakala salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden memiliki elektabilias tinggi, jangan terburu berpuas diri.
Sebaliknya, jika saat ini tingkat elektabilitas dari pasangan itu masih rendah, kata Mada, jangan berkecil hati.
“ Mereka bisa juga menentukan pilihan di luar dugaan kita, bahkan mungkin bisa jadi mereka akan tetap kesulitan menentukan pilihannya sampai pada hari pemungutan suara,” ujar Mada.
Mada menambahkan, meski selera pilihan mereka masih sulit diidentifikasi, secara umum dua generasi itu cenderung suka dengan konten-konten politik ringan.
Dengan demikian, mereka memiliki cara yang berbeda dalam memahami profil peserta Pilpres 2024 jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Mada menambahkan, jika KPU ingin meningkatkan partisipasi dari pemilih yang moody ini, perlu pendekatan dengan memahami karakter mereka.
[Nur/red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *