OPINI  

Calon Pemimpin Yang Akan Diusung Tidak Boleh Dipaksakan

Dr. Suriyanto PD, SH, MH, M.Kn

Oleh: Dr. Suriyanto PD, SH, MH, M.Kn

Dalam rangka mempersiapkan calon atau kader pemimpin bangsa mendatang, sangat diperlukan sosok pemimpin yang tangguh, handal, tidak cengeng serta menanamkan dan menumbuhkan jiwa kepimpinan yang trust (kepercayaan).

Maju mundurnya suatu bangsa, tergantung dari kinerja para pimpinan disetiap level, mengingat kepemimpinan meliputi beragam kualitas dan keterampilan diri maka seorang pemimpin yang baik adalah orang yang mampu mengatur berbagai tugas, berkomunikasi secara efektif, dan menciptakan lingkungan kerja tim yang positif.

Kekuatan skill leadership dapat memperlancar seorang pemimpin berhubungan dengan orang lain dalam membuat keputusan yang produktif, dan memberikan bimbingan yang efektif terhadap bawahan. Kekuatan profesional dapat mencakup keterampilan atau kualitas yang telah ditunjukkan, karakteristik atau kemampuan sosial serta seorang pemimpin dapat mengelola tim secara efektif, memotivasi bawahan, mendelegasikan tugas dan menggunakan umpan balik untuk meningkatkan level kepemimpinan dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu pemimpin harus memiliki keterampilan interpersonal yang kuat dan soft skill lainnya seperti mendengarkan secara aktif, memetakan strategi  dan kemampuan untuk menengahi konflik.

Seorang pemimpin harus memiliki leadership skill dengan baik, karena memegang peranan penting dalam sebuah manajemen kepemimpinan, bisa menginspirasi orang lain untuk mengimplementasikan program kerja yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan merupakan hal penting dalam suatu negara, sebab kepemimpinan adalah salah satu kunci vital keberhasilan megelola negara dapat tercapai. Semua keputusan, pergerakan dan laju pembangunan membutuhkan leadership. Alasan penting mengapa leadership penting adalah sebagai dasar untuk membangun tim yang kuat. Visi dan misi sebuah tim harus dicapai melalui kerja keras dan membutuhkan bimbingan dari orang yang memiliki kemampuan dalam mempimpin yang sangat kuat

Mengutip apa yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara, seorang pemimpin negara harus memiliki prinsip dasar kepemimpinan yaki Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak buahnya. Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah membangun kehendak atau niat. Pemimpin harus berjuang bersama anak buah. Tut wuri handayani. Artinya, dari belakang memberikan dorongan. Ada saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri.

Seorang pemimpin, harus pula mampu memecahka masalah. Bahwa pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat diselesaikan segera.

Pemimpin mampu mengambil keputusan tepat, dan mampu untuk menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin, diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ditawarkan oleh bawahan. Untuk itu, peran pemimpin sangat dibutuhkan untuk mencegah masalah, mengurangi kemungkinan terjadinya masalah sebelum berubah menjadi lebih besar dan menyelesaikan masalahnya dan disertai pengambilan keputusan di setiap level kepemimpinan.

Menurut para ahli teori kepemimpinan, terdapat tiga konsep mengenai asal-usul pemimpin. Tiga konsep tersebut adalah bahwa pemimpin itu dilahirkan, bahwa pemimpin itu dibentuk, dan bahwa pemimpin itu dilahirkan dan diasah bakatnya sehingga menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Dari ketiganya, tidak ada yang salah dan tidak ada yang mutlak benar. Tinggal dari sudut pandang mana kita memaknainya serta bagaimana kita memanfaatkan konsep tersebut untuk menjadi atau membentuk pemimpin masa depan.

Mengelola negara tidak bisa sekedar mencari perhatian (caper) agar dapat diapresiasi dan dipuji, tapi juga harus siap dikritik. Minta dikritik, tapi tidak mau terusik. Mencari perhatian namun disaat bersamaan mendesak pihak lain. Sungguh cara-cara yang jauh dari nilai demokrasi.

Apalagi jika mengelola negara selalu membuat polemik, mencari perhatian publik dengan membuat kebijakan yang kontraproduktif. Seperti mendukung menghelat pemilu karena ingin melanggengkan family dan kerabat, namun enggan melaksanakan jika maksud dan tujuannya telah usai. Kemudian menunda UU yang sedang dibahas, padahal sudah masuk antrian. Atas nama rakyat tidak malu-malu berbalik badan dan mengatakan “kita tidak akan lanjutkan”.

Seorang calon pimpinan negara itu harus menyadari kapasitas dirinya, bila memang tidak mampu lebih baik mundur dari sekarang. Era sudah berubah dengan hightek bahkan negara lain sudah masuk era 6G

Mari dalam pemilu mendatang kita jangan salah memilih pemimpin.

*) Pakar Hukum, Dosen Perguruan Tinggi di Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *