NUSANTARANEWS.co, Banyuwangi – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Banyuwangi adakan sosialisasi dengan tema “Pengaruh Kekuatan Pemilih Perempuan Dalam Mensukseskan Pemilu Tahun 2024”. Guna mengimplementasikan kesetaraan Gender, pendidikan politik tersebut melibatkan kaum perempuan.
Kegiatan tersebut berlangsung di ruang Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 16 Februari 2023 dengan peserta didominasi oleh kaum perempuan perwakilan dari 18 partai.
Plt. Kepala Bakesbangpol, Muhamad Lutfi S.Sos, M.Si, mengatakan dalam kegiatan ini secara khusus mengundang 18 partai politik untuk berpartisipasi dalam pendidikan Politik yang kesemuanya diwakili oleh perempuan
Harapan dari adanya kegiatan ini adalah para kader – kader perempuan di Parpol secara bersama – sama bersinergi dengan pemerintah daerah
Selain dengan pemerintah daerah, harapannya kader – kader perempuan tersebut bisa bersinergi dengan KPUD Banyuwangi dan Bawaslu.
“Mampu mensosialisasikan dan mengoptimalkan potensi pemilih perempuan khususnya pemilih milenial yang ada di Banyuwangi,” tandas Lutfi.
Emi Hidayati, aktivis perempuan dan kesetaraan gender Banyuwangi yang diundang hadirkan sebagai narasumber menjelaskan, perempuan berpartisipasi dalam politik menjadi kepatutan dan keharusan.
” Tidak perlu mencari alasan kenapa perempuan perlu berpartisipasi dalam politik, tetapi menjadi kepatutan dan keharusan jumlah perempuan separuh lebih dari jumlah seluruh penduduk bumi sehingga kepentingan perempuan perlu ada yang mewakili,”. ( 16/2)
Masih menurut Emi, karena kebijakan sebaik apapun akan gagal jika mengabaikan atau meminggirkan separuh dari jumlah warga yang ada.
Emi Hidayati M.si menjelaskan Partisipasi perempuan dalam Politik sangat dibutuhkan.
“Saya melihat selama ini tingkat partisipasi perempuan dalam politik masih belum ideal,” kata Emi Sapaan akrabnya.
Menurutnya, partisipasi itu diwujudkan keterlibatan secara aktif mulai dalam gagasan, keikutsertaan dalam mengontrol anggaran, keikutsertaan dalam mempengaruhi distribusi kekuasaan, dan sebagainya.
“Nah itu jarang diikuti jarang diminati perempuan,” jelas perempuan yang juga sebagai dosen IAI Ibrahimy Genteng, Banyuwangi.
Emi manambahkan keterlibatan perempuan selama ini didalam partai politik itu tidak sesuai fungsinya. Tetapi lebih kepada mobilisasi dan diambil suaranya tanpa punya bergaining karena tidak memiliki banyak kesempatan untuk belajar tentang apa itu kekuasaan, bagaimana memengaruhi kekuasaan, itu hal yang teknis tetapi belum dilakukan banyak perempuan.
Emi menilai ini merupakan tanggung jawab Partai terhadap minat perempuan termasuk kemampuan perempuan, kapasitas perempuan untuk diposisikan pada internal partai.
“Nah itu peran partai politik cukup besar, tidak hanya dikasih nomor kemudian ditinggal,” tuturnya.
Tentu kesiapan mental perempuan butuh disupport selain dari partai politik. karena dunia politik masih diwarnai kaum laki-laki, itu yang menggantung di bayang-bayang perempuan akhirnya ragu untuk terjun ke politik.
Meski begitu, Ia tak menampik sejak dulu animo perempuan itu sudah cukup tinggi. Hal itu, juga menjadi tolak ukur Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ).
“Budayanya sudah menggeser di Banyuwangi contohnya mulai Bupati Ratna, kemudian Bupati Ipuk sekarang ini. Keberadaan perempuan di Parlemen serta di wilayah birokrasi itu salah satu alat ukur IPM juga,” terang perempuan yang getol memperjuangkan kesetaraan gender.
[veri kurniawan]