Gerabah yang melegenda dari Kasongan Bantul Yogyakarta

Penulis bersama pemilik kerajinan gerabah "Rahma Cramic"

 

 

Oleh Bayu Setiawan dan Ignatius Soni Kurniawan, S.E., M.Sc / Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

NUSANTARANEWS.co, Yogyakarta – Sentra kerajinan gerabah kasongan merupakan salah satu jenis produk UKM khas Bantul yang bergerak pada bidang kerajinan. Kerajinan kasongan hingga saat ini menjadi ikon tersendiri dari Kabupaten Bantul.  Produksi kasongan sendiri meruapakan industri yang berfokus pada kerajinan gerabah atau kerajinan keramik yang menjadi aset dari daerah ini.

Untuk menelusuri sentra kerajinan gerabah yang berada di Desa Kasongan Yogyakarta, penulis pada Rabu [14/9/2022] menemui pemilik  kerajinan gerabah ‘Rahma Cramic’ yang didirikan langsung oleh Rahma pada tahun 1992, dan masih tetap eksis hingga saat ini.

“Awal mula berdirinya kerajinan ini karena coba-coba ikut tetangga setelah mahir langsung mendirikan usaha sendiri dengan modal terbatas dan meneruskan warisan turun temurun keluarga” kata Rahma

Rasanya tidak ada yang tidak mengenal Yogyakarta, kota dengan pilihan destinasi wisata yang melimpah.

Wisata kuliner hingga budaya tersedia banyak di kota yang menyandang predikat Daerah Istimewa ini. Yogyakarta pun tumbuh menjadi kota yang semakin besar. Berbagai destinasi wisata modern pun mulai menjamur.

Istimewanya, destinasi wisata terkait seni yang tidak berlokasi di tengah kota pun tetap bertahan dan berkembang. Berbagai kampung seni yang tersebar di berbagai daerah masih menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Salah satunya adalah Desa Kasongan, desa yang berada di Kecamatan Kasihan, Kabupatan Bantul ini menjadi daya tarik dengan ragam produksi gerabah.

Menurut legenda yang ada, Kasongan berawal dari kematian seekor kuda milik seorang perwira polisi Belanda di persawahan milik warga. Karena takut akan dampak hukuman yang ada, masyarakat di sana pun melepaskan hak milik tanah mereka.

Lahan sawah tak bertuan ini akhirnya ditempati oleh warga desa lain yang datang untuk memanfaatkan kekayaan tanah liat di sana. Mereka memulai hidup dengan membuat berbagai perlengkapan dapur dan mainan dari tanah liat. Ketahanan bahan baku ini akhirnya membuat mereka berkarya dengan membuat kendi, guci, pot, dan benda rumah tangga lainnya.

Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tadi, faktanya, Kasongan kemudian berkembang dan terkenal dengan kualitas gerabahnya hingga mancanegara. Kelihaian mengolah tanah liat pun menjadi “harta” yang diwariskan secara turun-temurun.

“Untuk pemesanan dan penjualan, para pengrajin telah membuka layanan online, sehingga masyarakat tak perlu khawatir jika tidak bisa datang langsung ke tempat. Rentang harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari lima ribu rupiah hingga jutaan rupiah” ujar Rahma.

[red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *