Mengenal pekerjaan dan Peran Penting Pamong Budaya Kabupaten Banyuwangi

Foto: sebelah kiri: Eko Ari Bawanto selaku pamong budaya Kabupaten Banyuwangi bersama Kabid Kebudayaan dan Pariwisata, Alit

 

NUSANTARANEWS.co, Banyuwangi – Saat ini, siapa yang tidak mengenal Banyuwangi. Kabupaten paling ujung di Pulau Jawa yang memiliki segudang penghargaan Nasional maupun Internasional terutama di bidang pariwisata. Namun, masih sedikit masyarakat yang mengetahui adanya Pamong Budaya di Banyuwangi. Antraksi dan kreatifitas penampilan para pelaku seni di Banyuwangi tidak lepas dari peran pamong budaya.

Pamong Budaya yang ada di Banyuwangi satu – satunya di pegang oleh Eko Ari Bawanto. Ia bernaung di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang dipimpin oleh Kepala Dinas Muhammad Yanuarto Bramuda.

Jabatan Fungsional Pamong Budaya adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk melaksanakan tugas di bidang pemajuan Kebudayaan dan pelestarian cagar budaya.

Eko Ari Bawanto, Pamong Budaya Kabupaten Banyuwangi menjelaskan pada NusantaraNews.co sekilas tentang peran dan pekerjaan pamong budaya

Banyuwangi sendiri Sumder Daya Manusia ( SDM) di bidang pamong budaya yang bersertifikat hanya ada satu kebetulan saya sendiri. Jadi pamong budaya ini ada ujian khususnya dan harus melalui tahapan – tahapan tertentu. Selain pamong budaya juga ada pamong Museum, disana ada pak Bayu.

Terkait dengan antraksi seni yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Salah satu contoh seni Banyuwangi itu kan antraksi seninya banyak di dalam Banyuwangi festival baik itu di pembukaan atau yang lain. Berkenaan dengan hal itu bagaimana misalkan salah satu sanggar seni yang tadinya tidak punya kelas dan akhirnya punya kelas lalu bisa tampil di Banyuwangi festival.

Misalkan kelompok seni, mereka melakukan sesuatu kesenian secara otodidak, jadi kita hadir apa yang harus kita ajarkan disana. Misalkan sanggar tari, yang kita ajarkan bukan hanya sisi penyelamatan tariannya saja tapi bagaiaman cara pengelolaan sanggar tari itu yang baik dan benar. Lalu seperti jaranan, janger itu kan termasuk kelompok seniseni dan mereka diajarkan membuat karya yang bagus, menarik masyarakat.

Selain itu pamong budaya bertanggung jawab untuk melaksanakan pelestarian cagar budaya serta pengembangan nya. Tidak hanya berhenti di pengembangan, namun bagaimana juga pemanfaatannya dari budaya itu sendiri terhadap masyarakat, papar Eko.

Banyak kesenian yang sudah tua dan tidak ada regenerasi nya, nah ini perlu diselamatkan dsn cara menyelamatkan nya pun beragam metode – metode agar kesenian tersebut tidak punah.

” Salah satu contoh di Rengganis yang tahun kemarin kita dapat warisan budaya tak benda di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ini salah satu bentuk penyelamatan terlebih dahulu. Jadi kita samakan melaui kajian dan disampaikan pada panitia warisan budaya dan akhirnya ditetapkan. Dari penetapan itu akan kita serahkan kepada rekan – rekan pemerhati budaya untuk dikaji lebih lanjut, sampai ditemukan bahwa Rengganis di Banyuwangi tidak sama dengan Kabupaten lain,” terang Eko

Masih menurut Eko, kita juga bekerjasama dengan pihak Dewan Kesenian Blambangan untuk menyelamatkan atau memberikan warisan budaya atau kesenian lain misalkan seperti batik gajah oling khas Banyuwangi yang juga merupakan budaya.

” Selain itu kalau di versi anak -anak itu ada dolanan ( mainan) tradisional yang Banyuwangi punya seperti ilik – ilikan, gobak sodor itu merupakan juga budaya dan perlu kita selamatkan juga. Salah satu cara agar tidak punah maka kita masukan dalam festival ” Dolanan Anak” Jadi itu merupakan salah satu pemanfaatan budaya tersebut kembali untuk masyarakat, ” ungkapnya.

(veri kurniawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *