Oleh: Rosihan Anwar
NUSANTARA-NEWS.co, Yogyakarta – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) KRMT Roy Suyo Notodiprodjo mengingatkan, Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) lahir dan dibidani dari sosok penting dari Yogyakarta. Gerakan kepanduan yang diperingati setiap 14 Agustus itu dilahirkan dari sosok Raja Keraton Ngayogyakarta Hadingrat tahun 1961 silam.
Hal itu diutarakan Roy, Sabtu (14/8/2021) pagi, lewat cuitannya di akun media sosial twitter miliknya. Roy Suryo menyatakan mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan pencetus lahirnya Gerakan Pramuka.
“Setiap 14 Agustus, kita memperingati Hari Pramuka yang didirikan sejak 60 tahun lalu. Istilah Pramuka dicetuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari kata Poromuko yang artinya pasukan terdepan (dalam perang)” katanya.
Sri Sultan HB IX lantas memodifikasi akronim Pramuka menjadi Praja Muda Karana. Arti baru yang diusulkan HB IX menunjukkan ciri khas dari Gerakan Pramuka itu sendiri.
“Kata Pramuka diterjemahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti Jiwa Muda yang Gemar Berkarya,” tambahnya.
Pembentukan Gerakan Pramuka sendiri berlandaskan pada Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Sementara itu, Hari Pramuka yang diperingati tiap 14 Agustus ditetapkan berdasarkan hari pelantikan Ketua Majelis Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 1961.
Sri Sultan HB IX sendiri ditetapkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Mantan Wakil Presiden itu menjadi peletak dasar gerakan kepanduan modern di Indonesia.
Peran Mangkunegara VII
Namun demikian, gerakan kepanduan di Tanah Air sejatinya sudah ada, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Cikal bakal gerakan kepanduan yang diprakarsai tokoh nasional, menurut Roy Suryo, di antaranya berkat jasa KGPAA Sri Mangkunegara VII yang merupakan penguasa Kadipaten Mangkunegaran Solo.
“Selain Ngarsa Dalem Sri Sultan HB IX, tokoh yang berjasa dalam sejarah Pramuka di Indonesia adalah Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Sri Mangkunegara VII, kakek dari KGPAA Mangkunegara IX yang wafat kemarin (Kamis, red). Tahun 1916, KGPAA Mangkunegara VII memprakarsai berdirinya Javaansche Padvinders Organisatie (organisasi kepanduan Jawa),” terangnya.
Sementara kemunculan gerakan kepanduan paling awal di Indonesia bermula dari dua orang tokoh organisasi kepanduan Belanda, Nederlands Padvinders Organisatie (NPO) yaitu P.Y. Smits dan Majoor de Yager. Di tahun 1912, kedua tokoh itu mendirikan cabang NPO di Jakarta, yang awalnya diperuntukkan bagi remaja dan pemuda Belanda yang tertarik dalam kegiatan kepanduan.
Berselang dua tahun, yakni pada 4 September 1914, nama NPO diubah menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIPV) dan mulai menerima anggota remaja bumiputera. (ros)
Sumber : RRI.co.id