Catatan M Sontang Sihotang- Ka Biro Langkat
Munculnya gerakan kehidupan zuhud dan ‘uzlah dipelopori oleh Hasan al-Bashri (110 H) dan Ibrahim Ibn Adham (159 H).
Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup hedonistik (berfoya-foya), yang dipraktekkan para pejabat Bani Umayyah pada masa dahulu.
Demikian juga berkembangnya tasawuf filosofis yang dipelopori oleh Abu Mansur Al-Hallaj (309 H) dan Ibn Arabi (637 H).
tampaknya tidak bisa terlepas dari adanya pengaruh gejala global masyarakat Islam, yang cenderung tersilaukan berkembangnya pola hidup rasional.
Hal ini merupakan pengaruh berkembangnya filsafat dan kejayaan para filosof peripatetik (yunani kuno), seperti; al-Kindi, Ibn Sina, Al-Farabi, dan lain-lain.
Demikian juga halnya, munculnya gerakan tasawuf sunni yang dipelopori oleh al-Qusyairi, al-Ghazali dan lain-lain, juga tidak terlepas dari dinamika masyarakat Islam pada saat itu.
Mereka banyak mengikuti pola kehidupan sufistik yang menjauhi syari’at, dan tenggelam dalam keasikan filsafatnya.
Dengan cara yang diyakini para kaum sufisme / sufistik maka cara paling efektif dan efisien dalam proses pengolahan revolusi mental menuju pembinaan dan pembangunan akhlak manusia menuju akhlakul karimah pada umumnya metode thariqah / tarekat yang merupakan model alternatif zaman now.
Tarekat merupakan proses jalan sangat panjang dalam perjuangan membersihkan lahir batin dari segala anasir iblis untuk mendapatkan kemenangan hakiki yang kekal abadi bilamana kalimah Alloh…Alloh telah penuh bersemayam dalam diri hati sanubari setiap insan.
Dalam pelaksanaan ubudiyah tarekat yakni dengan melaksanakan proses ritual suluk yang menjadi raw model ajaran dalam Tarekat Naqshabandiyah didasarkan pula pada Al-Quran dan al-Hadits serta perkataan para ulama’ al-arifin dari kalangan salaf al-shalihin sebagai rujukannya.
Sebagai realisasi dasar pelaksanaan suluk secara ringkas sesuai dengan Hadits Nabi Shollollohu ‘Alaihi Wasallam (SAW) adalah Nabi Muhammad SAW diberi kesenangan menjalankan khalwat (menyendiri) di Gua Hira’ dengan tujuan beribadat kepada Alloh pada beberapa malam yang tidak sebentar (Hadits Riwayat (HR) Bukhari).
Menurut kajian perbandingan teoritis dari berbagai Ilmuwan Filsafat dan Spiritual Kerohanian diantaranya Imam al-Ghazali, al-Qusyairi, al-Farabi, al-Kindi dan Ibu Sina bahwasanya Hakekat suluk / khalwat / iktikaf / uzlah yaitu suatu cara teknis dalam berusaha atau berikhtiar dengan sungguh-sungguh seseorang salik (pezikir).
Artinya mengkondisikan dirinya berada ditempat kesunyian (kelambu) agar dapat beribadah dengan khusyuk menuju kesempurnaan dalam meyakinkan dirinya dapat membersihkan diri secara rohani maupun jasmani agar bertaubat dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat maksiat lahir dan bathin (mazmumah).
Serta mengisinya dengan sifat terpuji (mahmudah) melalui media latihan amaliah zikirulloh secara intensif dalam menempuh jalan (tarekat) menuju pendekatan diri (taqarrub) untuk lebih mengenalNya (makrifatulloh dan makrifaturrasul) dengan keridhoan Alloh Subhana Wa Ta’ala.
Seiring dengan situasi dan kondisi zaman now dengan adanya pengaruh global yang harus kita hadapi yaitu adanya dampak perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) serta Revolusi Industri 4.0 kepada masyarakat Sumatera Utara.
Khususnya dan global umumnya maka sejalan visi dan misi yang di programkan oleh Lembaga pendidikan Yayasan YM. Ayahanda Guru kita Syeikh Prof. Dr. Kadirun Yahya dalam merekonstruksi pemikiran keagamaan dalam konteks menuju kebangkitan spiritualisme Islam melalui ajaran Tarekat Naqshabandiyah Kholidiyah maka pelaksanaan suluk atau iktikaf merupakan inti dari rekonstruksi jiwa agar dalam konsep dan teknis pelaksanaan “penyadaran diri” melalui proses suluk untuk mencapai kondisi revolusi akhlak dapat terwujud.
Baitul Jafar merupakan tempat / pondok / surau atau Alkah tempat pelaksanaan latihan mental dan spiritual (Training Centre Suluk) bekerjasama dengan Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) serta Badan Kerjasama Surau (BKS) yang tersebar di 600 lebih surau di Indonesia melaksanakan Suluk yang dimulai dari tanggal 10-20 Desember 2020.
Ketua Panitia Pelaksana Suluk (Pansul) yaitu Petoto (PTT) Afifuddin, S.Ag (panggilan akrabnya Bang Afif) menjelaskan dalam pelaksaan suluk untuk akhir tahun 2020 ini diikuti 86 orang peserta terdiri 66 pria dan 20 wanita.
“Sampai hari ke- 5 atau 20 Desember nanti peserta bisa mencapai 100 orang,” kata
Bang Afif didampingi Ustadz Jamal sebagai PTT senior yang juga merupakan unsur panitia suluk 2020 serta pimpinan zahiriyah Alkah Baitul Jafar adalah PTT Ben Asniadisyah (panggilan akrab Babe), Koordinator Alkah Baitul Jafar Kelambir Lima H.Ahmad Baqi Arifin, SH, MBA, MM disapa dengan Bang Kiki.
Babe dan Bang Kiki menambahkan, dalam proses pelaksanaan suluk ini diharapkan seluruh peserta dapat mengikuti dengan serius dan sunngguh-sungguh agar zikir yang dilakukan peserta dapat mempertajam Bashirah (mata bathin).
Sebab dampak yang dirasakan melalui peramalan ini dengan adanya konsep metafisika eksakta Zikir memberikan energi sangat dahsyat sehingga dapat mengakses semua rahasia yang diberikan Alloh kepada pezikirnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan Ayahanda Guru kita Syeikh Prof. Dr. Kadirun Yahya.
Bang Afif dan Ustdz Jamal melukiskan apabila nama- nama Allah (kalimah Tauhid) ini yang kita ucapkan berulang kali diringi rasa khusyuk dan ikhlas dalam peramalannya sehingga memiliki kekuatan sangat dahsyat.
“Sebab zikir itu sendiri adalah sebuah energi. Dengan demikian kita bisa mentransformasikan zikir menjadi cahaya yang bergerak sangat cepat kehadirat Alloh SWT. Karena itu segera menarik apa yang kita inginkan manakala kita bisa menyelaraskan diri dengan kehendak Alloh SWT. Diharapkan mendapatkan hakikat ilmu tauhid yang sebenarnya dalam upaya mencapai haqqul yaqin diri,” ujarnya.
Sementara itu Bang Kiki dalam perbincangan dengan kami mengatakan, ketika kita berjalan di siang hari maka Sang Suryalah yang menyinari dan ketika kita berjalan di malam hari maka Sang Rembulanlah menyinari. Ketika kita berjalan di jalan Alloh Subhana SWT maka PASTI DIALAH yang akan menyinari. Selamat datang di Baitul Jafar untuk kita berjalan di jalan Alloh SWT. Aamiin.