Indonesia Resmi Masuki Resesi di Kuartal III di tahun 2020.

Foto ilustrasi

Laporan – Tijani 

NUSANTARA-NEWS.co, Jakarta – Badan pusat Statistik (BPS) Mencatat pertumbuhan produm domestik Bruto  perekonomian Indonesia Hari ini (05/11/20), perekonomian Indonesia kini menurun -5,32 atau mencapai -3,49 persen. Harga berlaku triwulan kuartal  III-2020 mencapai Rp3.894,7 triliun serta atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.720,6 triliun.

Sebelum nya, dalam pengertian Badan Pusat Statistik, ni badan perekonomian Indonesia meningkat sebesar 5,05 persen dari sisi produksi nya, di kuartal III ini pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 24,28  persen.  Sementara itu dari sisi pengeluaran, pengeluaran tertinggi tersebut telah di capai oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintahan (PK-P) yang tumbuh sebesar 16,93 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan III-2020  dengan     kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen, dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan tersebut mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 16,70 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 10,82 persen.

Pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha seperti pertanian yang naik hingga mencapai 2,15 persen, sedangkan pertambangan dan penggalian  lapangan usaha menurun mencapai -4,28 persen, Industri pengelolaan mencapai -4, 31 persen, konstruksi -4,52 persen, perdagangan dan reparasi mencapai  -5,03 persen, dan lain lain nya telah mencapai -4,07 persen.

Direktur Eksekutif Institute For Developnemt of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengomentari Fenomena Penurunan nya Ekonomo di kuartal III tersebut akibat dari Covid 19 yang berdampak kepada masyarakat dan setiap rumah tannga saat ini.

“Tentu saja penurunan ekonomi tersebut berakibat dari pandemi ini dan penurunan ini berakibat  turun drastis yang mencapai 5,8 persen hingga penurunan ekonomi tersebut berdampak pada konsumsi masyarakat  rumah tangga, ” Ujar Tauhid Ahmad saat di hubungi melalui Via Telepon.

Tauhid Ahmad juga mengatakan mengenai pertumbuhan PDB Pengeluaran konsumsi pemerintah tersebut meningkat dibandingkan konsumsi lain nya serta Ekspor dan Import berbelanja Infrastruktur hingga secara perkembangan surplus sebenarnya tidak begitu baik sehinnga Impor yang di lakukan di Indonesia tersebut malah menahan.

“ Konsumsi pemerintah kan meningkat karena berbelanja infrastruktur serta ekspor dan impornya kan domestik, jadi faktor adalah import nya mereka ke kita itu tidak bagus sehingga proses impor tersebut menahan dan ekspor nya secara surplus itu tidak bagus saat ini. “ terangnya.

Tauhid Ahmad juga menambahkan mengenai pertumbuhan ekonomi di Jawa pertumbuhannya mencapai – 4.00 persen, menurut nya ekonomi di Jawa standar nya adalah 5,00 persen.

“Sebenarnya sih seperti pulau Jawa itu ekonominya standar nya itu 5 persen,”  ujarnya.

Dalam grafis Badan pusat Statistik Indonesia (BPS) tersebut mengatakan bahwa Jawa memiliki kontribusi 58,88 sementara itu pertumbuhannya mencapai -4.00 persen Kalimantan memiliki kontribusi sebesar 7,70 persen dan prtumbuhannya mencapai -4,23 persen, begitu juga dengan Sulawesi yang memiliki Kontribusi 6,60 persen, sementara itu pertumbuhan nya mencapai -0,82 persen, Maluku dan Papua juga memiliki kontribusi yang mencapai 2,37 persen, namun pertumbuhan pada kota Maluku dan Papua telah mencapai -1,83 persen.

Tauhid Ahmad juga mengatakan untuk  pemuliha ekonomi ini di kuartal selanjut nya tersebut akan terhitunmg sulit dan memiliki prose dengan jangka waktu yang panjang

“Kalau untuk pemulihan ekomoni di kartal selanjut nya sih susah yak arena harus memiliki jangan waktu yang amat panjang, “ pungkas Tauhid Ahmad.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *